Konsumsi

Semester ini, saya mengambil sebuah mata kuliah menarik yang judul nya "Kebijakan Lingkungan" a.k.a "Environmental Policy". Mata kuliah nya sangat tematik, dibawakan dengan apik membuat kita semua jadi tertarik. Kebetulan minggu lalu topik nya adalah Konsumsi. Jangan stop disini dulu bacanya, ini bukan pelajaran tentang ekonomi kok, saya janji gak berat bacaannya, hehehehee Pisssss... 


Apa sih yang terlintas di benak kita saat mendengar kata "lingkungan"?. Mungkin banyak diantara kita yang langsung mengasosiasikan lingkungan dengan buang sampah pada tempatnya, atau menanam pohon, atau daur ulang atau teringat warna hijau (green). Saya juga awalnya begitu, saya selalu berpikir bahwa menjaga lingkungan adalah dengan membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang limbah dan menanam pohon. That's it. Dengan melakukan itu, sebenarnya kita sudah sangat berjasa pada lingkungan, pertahankan. Tapi cukupkah sampai disitu? 


Ada satu hal yang sebenarnya kadang kita lupakan tapi sangat berperan dalam merusak lingkungan. Apa itu? Konsumsi. Sadar gak sih, kalau selama ini mode dirancang untuk merangsang kita untuk terus membeli? Ada hape baru, kita langsung membuang hape lama yang masih berfungsi dengan baik dan menggantinya dengan yang baru agar kita terlihat keren. Hape rusak dikit, bukannya diservis malah ganti yang lebih baru. Pun dengan baju, sepatu, gadget lain, semuanya mengedepankan satu hal "trend" biar kesannya gak ketinggalan zaman, biar kita semua jadi keren. Inovasi, kreatifitas dan teknologi bersinergi dan membuat kita ingin terus membeli, lagi lagi dan lagi.




A must watch story about your stuffs, Video yang keren banget!!!!


Sebenarnya tidak ada masalah dengan membeli banyak barang, yang menjadi masalah adalah barang-barang kita yang sudah tidak trendi lagi mau dikemanakan? Laptop jadul kita mau dikemanakan? Hape lama mau diapakan? Kamera 3 Mega Pixel yang sudah nggak banget mau disimpan dimana? Baju, sepatu, celana, celana dalam yang sudah gak mengikuti jaman mau tetap disimpan di lemari? Ujung-ujungnya juga nanti akan dibuang. Masalah berlanjut lagi dengan pembuangan, ternyata bumi kita juga lama kelamaan tidak mampu lagi menampung sampah-sampah kita, tidak hanya karena banyak sampah yang susah terurai tapi volume sampah kita makin menggunung dari hari ke hari. Sebuah dampak yang jarang kita sadari hanya karena kita ingin tampil keren. Siapa yang diuntungkan? Tentunya mereka yang memproduksi barang-barang tadi, yang dengan kedok "mode" yang terus mengajak kita shopping beyond help (belanja gak ketulungan). Siapa yang dirugikan? Kita dan generasi kita di masa depan (Cieeeehhh, ga nyangka bisa juga bikin kalimat keren gini, wakakakak).
Foto di atas bukan hasil photoshop (http://theinspirationroom.com/daily/2008/green-party-recycle-in-brazil/)


Mungkin ada yang bilang: "Ah ga papa kok, saya kan cuman satu dari sekian milyar penduduk bumi". Yah satu orang pasti ga akan bermasalah untuk bumi ini. Tapi sayangnya, miliaran orang berpikir yang sama. Ini yang saya sebut "the mistake of common" (istilah ini saya yang bikin lho, gak nyontek, tau deh kalo ada samanya). Ingat pepatah kita "little by little, long time long time becomes mountain" yang artinya "Sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit". Ternyata sistem secara tak langsung dirancang tanpa kita sadari untuk membuat kita terkucil dari teman-teman yang hape nya mengikuti zaman, yang model bajunya berubah terus, yang tiap hari berganti sepatu. Padahal kan sah-sah saja kalau kita memakai hape hitam putih, pakaian yang sederhana dan sepatu kets yang itu-itu saja. Saatnya merubah paradigma kita tentang apa arti "keren". 


Guys, pernah dengar istilah "Less is More?". Slogan ini biasanya digunakan oleh para environmentalist untuk mengajak kita membatasi konsumsi. Shopping boleh-boleh saja kok, yang penting kita shopping dengan bijak. jadi saat berbelanja saat nya kita mulai berpikir: "ini perlu gak yah?", bukan lagi berpikir "Saya terlihat keren gak yah dengan ini?". Less is more = semakin sedikit berbelanja, semakin banyak yang bisa kita tabung. Less is more= semakin efisien, semakin yahud. 
Source: www.unikeep.com


Sebenarnya momen Ramadhan sangat pas untuk kita mempraktekkan prinsip "Less is More" ini karena kita banyak berbelanja gak penting hanya karena lapar mata dan lapar perut. Saatnya menambahkan satu konsep baru tentang lingkungan. Lingkungan bukan hanya tentang buang sampah, mengurangi polusi dan daur ulang, tapi juga membatasi konsumsi. Mari berbelanja dengan bijak. Semakin efisien, pasti semakin keren. Coz I know, that all of you are COOL, guys.
Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.