Jangan membeli PISANG di Melbourne
KENAPA?
Call me insane this time... Judul postingannya gak banget... Perubahan Iklim dan Pisang? Jaka Sembung bawa goblok kan? Well, saya akan mulai merunut dari awal apa hubungan antara Perubahan Iklim dengan Pisang. (Maaf kalau postingan ini agak nyeleneh, maklum lagi bulan Oktober.... Bulan penuh cobaan bagi mahasiswa-mahasiswi di negeri Kangguru).
Perubahan iklim a.k.a Climate Change sudah bukan istilah asing di telinga kita. Istilah ini kerap diasosiasikan dengan semakin panasnya suhu global karena emisi yang 95% disebabkan ulah aktifitas manusia. Penggunaan bahan bakar yang bersumber dari perut bumi serta penggundulan hutan menjadi penyebab utama pemanasan global. Apa dampaknya? Sudah banyak dampak yang sebenarnya kita rasakan: kenaikan air laut sudah mulai dirasakan oleh mereka yang tinggal di daerah pesisir, anomali cuaca, kekeringan di beberapa tempat dan banjir di tempat lain. Belum dampak di bidang kesehatan dan pangan.
![]() |
Banjir Queensland. Courtesy of: http://www.abcm.com.au |
Masih ingat tidak bencana yang menimpa Queensland Australia awal Januari lalu? Banjir besar yang katanya bencana terburuk di Australia ini terjadi setelah hampir 1 dasawarsa benua ini dilanda kekeringan berkepanjangan. Pemanasan global menyebabkan perubahan siklus El Nino dan La Nina yang menyebabkan wilayah Australia mengalami kekeringan berkepanjangan, namun begitu mendapatkan hujan, tak tanggung-tanggung hebatnya. Kira-kira begitulah gambaran sederhana tentang situasi Queensland pada saat itu. Mengikuti pepatah Indonesia: Years of drought is swept away by weeks of flood (Kemarau bertahun-tahun terhapus oleh banjir bandang berminggu-minggu). Well, ini sebenarnya peribahasa karangan saya.
Loh apa hubungan nya dengan pisang? Queensland merupakan salah satu pemasok sayur dan buah ke Melbourne dan ke beberapa kawasan yang lain. Banjir hebat di Queensland menenggelamkan daerah-daerah penghasil sayur dan buah. Dampaknya sangat mudah ditebak, harga sayur dan buah seketika melonjak tajam menembus awan di Melbourne dan sebagian Australia. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan harga sayur dan buah ke posisi sebelum bencana.
Harga apel dan jeruk mulai kembali ke posisi sebelum banjir. Namun, pisang berbeda. Saya yang merupakan penganut bananaisme alias pisangholic sungguh terpukul dengan stabilnya harga pisang di sekitaran 11- 13 dollar per kilo. Harga ini cuman sedikit turun dibandingkan harga pisang sesaat setelah bencana yakni 15 dollar per kilo. Saya jadi begitu perhatian sama pisang, setiap kali memasuki pasar atau ke supermarket saya selalu mengecek tempat pisang dipajang. Kenapa yah harga pisang tidak turun-turun juga? Apa pisang yang baru ngambek dan tidak mau tumbuh di tanah bekas banjir? Ah saya benar-benar sudah sakau pisang.
![]() |
Harga pisang di Coles Melbourne per Juli 2011. Picture is courtesy of marcoluthe in flickr (http://www.flickr.com/photos/marcoluthe/5941843595/sizes/l/in/photostream/) |
Pernah saya mencoba membeli pisang per biji yang waktu itu dijual 2 dollar per biji, namun sekali lagi saya menelan kecewa karena pisangnya hambar. Saya patah hati sama pisang. Sekalinya murah, malah hambar. Saya memilih menghitung mundur waktu kepulangan saya ke Indonesia. Karena apa? Salah satunya adalah saya kangen makan pisang asli Indonesia yang enak dan beraneka rasa.
Jadi menjawab pertanyaan di atas. Kenapa membeli pisang tidak dianjurkan di Melbourne?
Jawabnya: Karena Mahal dan Gak Enak......
Berikut ini video desperado penduduk Australia akan mahal nya harga pisang:
Banana is forbidden fruit in Melbourne, it worths 3 bucks a piece
Beri Komentar Tutup comment