Mata saya terbuka, badan saya terasa pegal. Saya tercenung sejenak, mencoba mengingat dimana gerangan saya berada. Perlahan lahan memori mulai mengalir masuk ke otak, saya tahu sekarang saya berada dimana. Saya berada di Mamuju, ibukota provinsi Sulawesi Barat (yang ga tahu Mamuju gak usah malu ngaku yah). Saya baru saja terbangun dari sebuah tidur lelap akibat kelelahan setelah menempuh perjalanan Jakarta - Makasar selama 2 jam yang disambung dengan perjalanan darat Makassar - Sidrap - Mamuju selama 12 jam. Kondisi jalan yang jauh berbeda dengan jalan jalan di Jawa ditambah jalur menuju yang berkelok kelok sudah cukup menjadi alasan untuk tidur lelap dan ngorok.
Hotel yang saya tempati adalah Hotel Maleo, sebuah hotel baru yang langsung berhadapan dengan laut. Kamar Junior Suite yang saya tempati sebenarnya saya peroleh karena faktor luck, diperoleh dari kesalah pahaman pihak hotel yang tak menyisakan satupun kamar standar yang telah saya dan rekan kantor pesan jauh jauh hari sebelumnya. Jadilah kamar luas ini sebagai ucapan minta maaf. Sebuah permintaan maaf yang langsung dimaafkan.
Saya segera menuju jendela besar yang menghadap ke laut. Saya cukup takjub dengan pemandangan laut , pulau, dan perahu yang lalu lalang terhampar di depan saya. Sepertinya menarik kalau bisa main ke pulau seberang, batin saya.
Kedatangan saya ke Mamuju sebenarnya untuk bekerja jadi saya tak berharap bisa tur Sulawesi Barat atau tur Mamuju. Toh saya dan rekan rekan kesini untuk bekerja toh? bukan untuk tamasya. Saya cuma punya jatah dua hari di tempat ini. Sometimes, you have to be careful of what you wish for. Jam 6 pagi di hari kedua, saya dikejutkan oleh panggilan yang masuk ke Blackberry tua saya.
"Cipu, kita ke pulau seberang yuk, jangan lupa ajak yang lain", suara manis Mbak Rara di ujung telepon memulai percakapan.
Saya yang masih half aware (baca: setengah sadar) segera menjawab "Siap mbak, tunggu saya di lobi bawah yah 10 menit lagi". Saya langsung menghubungi Giendhra, Clara dan Yosi, rekan-rekan setim saya.
Sesuai kesepakatan, kami berkumpul di depan hotel dan segera menuju ke pelabuhan untuk mencari perahu. Jatah "jalan-jalan" kami cuma 2 jam karena jam 8.30 pagi kami akan dijemput oleh tuan rumah (baca: instansi pemerintah) untuk menunaikan tugas kami di Mamuju. Menurut hasil wawancara singkat kami dengan beberapa penduduk, kami cukup membayar 5000 rupiah untuk menyeberang ke pulau sebelah. Tak susah menemukan perahu untuk disewa di pelabuhan ini, dalam waktu singkat kami berhasil deal dengan pemilik perahu yang akan mengantarkan kami ke pulau sebelah bolak balik (Sang empu nya kapal minta 150 ribu Rupiah PP). Kami bergegas menaiki kapal diiringi pandangan beberapa penduduk setempat yang jarang jarang melihat 5 orang yang memegang kamera pagi pagi dan belum mandi. Kapal motor ini mulai bergerak perlahan lahan meninggalkan pelabuhan Mamuju yang hiruk pikuk dengan perahu yang mengangkut penduduk pulau ke ibukota Sulawesi Barat ini.
Suasana pelabuhan rakyat Mamuju |
Penduduk pulau menuju ke ibukota Provinsi Sulbar, Mamuju |
Ready to rock Karangpuang |
Pemandangan menuju Karangpuang |
Perjalanan ke pulau sebelah yang ternyata bernama Pulau Karangpuang ini memakan waktu sekitar 30 menit. Masing masing kami sibuk membidik pemandangan sekitar. Kapal yang kami tumpangi perlahan lahan melambat saat mendekati dermaga kayu di Pulau Karangpuang. Saat tiba di dermaga, kami berlima tak berhenti berdecak kagum dengan air laut yang jernih, serta pemandangan dasar laut yang dapat diterawang saking jernihnya air di tempat Ini. Tak sulit menemukan kawanan ikan berwarna warni lalu lalang di sela sela terumbu karang, atau bintang laut beraneka warna. Damn, goggle nya ketinggalan di hotel, tidak terpikir akan bertemu pemandangan air laut yang jernih seperti ini. Sayang banget rasanya laut hangat sejernih ini tidak dinikmati, my bad.... (sambil menarik napas dalam dalam).
View Karangpuang dari Dermaga |
Dermaga Karangpuang dari kejauhan |
Clean water, berdosa kalo gak snorkeling |
Bulu babi, haram ga yah kalau dimakan |
Kapal pengangkut penduduk Karangpuang ke Mauju |
Pulau Karangpuang ini adalah pulau karang atau atol dengan susunan karang indah bertebaran di berbagai pelosok pulau. Bagi pejalan kaki, pulau ini juga dilengkapi sarana jogging track mengelilingi pulau. Dibutuhkan waktu 2 hingga 3 jam untuk mengelilingi pulau jika ingin berjogging ria. Kami pastinya tak memilih opsi ini meski sebenarnya ingin sekali menghabiskan banyak waktu disini. Sebagai alternatif, kami berlima diajak oleh sang nahkoda kapal berkeliling sejenak menyusuri rumah rumah penduduk di pulau ini. Sayangnya waktu kami tak banyak, sekitar jam 8 kami meninggalkan pulau menuju hotel. Dalam perjalanan pulang pun kami masih asyik membidik sana sini, sayang rasanya menganggurkan pemandangan indah depan mata.
Kami tiba di hotel pukul 8.45 dengan kondisi rambut riap riap dan wajah kusut. Kami disambut oleh bapak pejabat yang sudah rapi jali untuk menjemput kami, kami yang ketangkap basah belum mandi jadi malu sendiri. Hehehehe gerakan mandi kilat pun segera dilaksanakan. Maaf yah pak, dont blame us please, blame your beautiful island, Karangpuang.
Beri Komentar Tutup comment