Sejak tergila-gila sama body combat, saya jadi sering ikut nongkrong dengan teman teman penggemar body combat juga. Biasanya sehabis sesi body combat, saya jadi sering ikut makan bareng bersama teman-teman body combat enthusiast. Dari seringnya jalan dan nongkrong, akhirnya tercetus ide untuk trip bareng. Disebutlah beberapa destinasi dalam diskusi diskusi gak penting kami: mulai dari Timbuktu, Bali, Lombok, Hongkong, Singapura, Eropa dll. Namun menemukan destinasi yang bisa kita sepakati bersama ternyata sulit: Timbuktu tidak disetujui karena itu usulan ngawur dari saya seorang; Bali gagal disepakati karena semuanya sudah khatam Bali; Lombok sempat memicu perdebatan, karena beberapa diantara kami sudah pernah ke Lombok dan beberapa yang belum; Hongkong ditolak karena tempat ini tidak memiliki objek alam yang cukup buat dijajal; Singapura? ditolak karena alasan yang kira kira sama dengan Hongkong; Eropa? tentu saja semua setuju dengan Eropa tapi kocek kami yang tidak setuju. Akhirnya pilihan jatuh ke…….. Belitung. Jauh banget yah….. awalnya Eropa, ujungnya Belitung. Ya sudahlah, mampu nya ke Belitung hahahaha.
We are the geng rusuh |
Proses booking tiket kami berjalan sangat lancar, begitupun dengan booking travel agent yang juga berjalan lancar meski kami memang minta fasilitas lengkap dengan harga miring. Di hari yang ditentukan, kami dengan wajah setengah ngantuk dan setengah semangat (karena dapetnya flight Citilink paling pagi) bertolak dari Soetta. Dasar biang onar, dalam kondisi mengantuk pun rombongan kami masih bikin suasana pesawat heboh, maklum jiwa bully sudah mendarah daging. Sepanjang perjalanan ke Belitung, yang terdengar hanya suara cekikikan.
Berikut adalah beberapa destinasi yang kami kunjungi selama berada di Belitung:
Downtown
Gak afdol rasanya jika ke Belitong tidak mengunjungi pusat kotanya. Landmark jantung kota Belitung adalah sebuah tugu yang terletak di tengah kota dan bersebelahan dengan warung-warung yang menyajikan kopi dan aneka makanan lezat ala Belitung, seperti Soto Belitung, Mie Belitung dan Kepiting Goreng. Geng rusuh seketika terdiam saat disuguhi makanan. Dasar yah, giliran pada makan aja semuanya tiba tiba alim. Setelah sarapan ala kadarnya (menuhin tembolok sampe full), kami segera ciao. Eh tapi sebelumnya, kami berfoto dulu di depan tugu nya, lumayan buat nampang di Path, Facebook, Instagram, Twitter meski wajah kuyu karena kurang tidur.
![]() |
Breakfast ala geng rusuh |
Tanjung Tinggi
Kalau lagi haji, rukun haji salah satunya adalah thawaf di masjidil haram kan? Nah kalau ke Belitung, rukun atau syarat wajibnya adalah main ke Tanjung Tinggi. Kalau yang sudah pernah nonton Laskar Pelangi pasti sudah menyaksikan susunan batuan yang tersusun secara alami, yang menjadi tempat Ikal dan teman teman kejar-kejaran. Saya jadi mikir, si Ikal dan teman teman kan dari Belitung Timur, yang notabene jaraknya 2-3 jam naik mobil ke tempat ini. Jadi dulu waktu si Ikal dan teman temannya main ke tempat ini sore sore, start jam berapa yah dari rumah mereka? Mungkin, si Ikal punya pintu kemana saja.
Tanjung Tinggi memang indah. Saya sangat suka dengan bebatuan yang berdiri kokoh di tempat ini. Begitu tiba saja, kami sudah disambut oleh segenap pemuda pemudi alay yang mengeluarkan tongsis dan berpose ajaib di sela sela bebatuan. Kami, angkatan yang lebih senior, tentunya tak mau kalah, kami berpose dengan pose pose ajaib… sebut saja pose Harry potter, pose cecak nempel di dinding, pose nendang sambil nahan pipis dan pose pose gak jelas lainnya. Tadinya saya sama sekali belum niat basah basahan di tempat ini, tapi air nya yang jernih dan kondisi pantai yang memang jernih dan hangat, membuat jiwa dugong dalam diri saya berontak. Selang beberapa menit, seekor dugong chubby pun sudah berkeliaran di perairan Tanjung Tinggi. Kelar berenang, saya dan geng rusuh menuju ke salah satu puncak batu untuk sesi pemotretan. Beruntung kami punya pak Hendro, driver sekaligus tour guide kami, yang sangat piawai
Tanjung Kelayang dan Batu Garuda
Dari Tanjung Tinggi, kami bertolak ke Tanjung Kelayang. Tiba di Tanjung Kelayang, kami segera berubah kostum untuk segera berenang di pantainya. Memang rencana kami setelah makan siang adalah menikmati pantai (entah berjemur atau berenang). Selang beberapa menit kami sudah menceburkan diri di laut. Setengah jam kemudian, kami bosan. Sambil duduk di pinggir pantai, kami melihat batu garuda yang indah dari bibi pantai Tanjung Kelayang. Penasaran pingin melihat batu itu lebih dekat, kami menyewa sebuah perahu kecil yang membawa kami ke pulau kecil di seberang batu garuda. Ternyata pulau ini, meski dekat dengan Tanjung Kelayang, tidak dikunjungi orang. Kami jadi bebas bermain di pulau ini sambil sesekali berpose dengan latar belakang Baru Garuda. Kami menghabiskan waktu nyaris 3 jam di tempat ini saking nyamannya. Setelah itu, kami kembali ke Tanjung Kelayang, menuju hotel untuk check in dan menuju ke restoran lokal untuk makan malam.
![]() |
Batu Garuda |
Pulau Lengkuas dan Pulau Pasir
Hari kedua rencananya adalah Island Hopping, mengunjungi pulau Mercusuar atau Pulau Lengkuas dan pulau pulau lainnya. Geng rusuh sudah mulai norak saat masing masing dapat life vest, langsung pada mau pose pake life vest, saya cuma geleng geleng kepala, tak kuasa menahan nafsu ingin ikut berfoto bareng mereka hahahahah. Dengan perahu kecil bermotor, kami bertolak ke beberapa pulau. Beberapa anggota geng rusuh meski mengaku tidak bisa berenang, namun tetap berniat untuk belajar snorkeling. Satu satu kami mulai mengenakan goggle dan finn, dan mulai nyebur. Yang terjadi adalah di luar harapan, geng rusuh masih aja saling tarik, saling menjahili
Mencari penyu |
Kami selanjutnya menuju ke Pulau Lengkuas untuk makan siang. Sang tour guide telah menyiapkan paket nasi kotak komplit untuk kami. Sayangnya hujan turun dengan deras siang itu. Kami akhirnya masuk ke kawasan mercusuar Pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas sendiri adalah pulau tidak berpenghuni dengan sebuah mercusuar kokoh di tengah nya yang dibangun sejak tahun 1800 an. Pulau Lengkuas menawarkan pemandangan menarik dengan pasir putih yang menawan di bagian depan dan pantai dengan batu bersusun di bagian belakang. Sambil menunggu hujan reda, saya, Joe dan Dhimas berkesempatan melongok ke bagian lain pulai ini yang jarang dikunjungi orang. Kami tentu tak lupa naik ke puncak mercusuar untuk menyaksikan pemandangan dari puncak tertinggi di Pulau Lengkuas. Meski masih mendung, pemandangan yang terpampang di depan mata sungguh indah.
Setelah hujan berangsur reda, kami melanjutkan snorkeling di salah satu sisi Pulau Lengkuas. Kami tiba tepat saat rombongan-rombongan lain sudah meninggalkan spot ini. Saya yang masih belum puas menyelam, segera terjun bebas dari kapal, diikuti member geng rusuh lainnya. Ternyata di spot ini memang banyak sekali ikan ikan berseliweran, apalagi kalau kita bawa roti, siap siap aja kulitnya dikecup mesra oleh ikan ikan kecil yang lewat. Coral berwarna-warni di bawah tak kalah indahnya, pantas saja ikannya banyak. Pak Hendro ikut turun mengabadikan momen momen kami selama bermain di bawah air.
![]() |
4 happy dugongs |
![]() |
Coral and fish |
Destinasi berikutnya adalah Pulau Pasir. Lagi lagi kami beruntung, rombongan lain akan meninggalkan pulau ini saat kami baru tiba. Ah Pulau Pasir jadi serasa milik sendiri, padahal sebenarnya itukan milik Pemerintah Daerah Belitung (maaf ini joke garing). Pulau Pasir adalah pulau yang bisa ditemukan saat air surut dan akan menghilang saat air pasang. Jadi mumpung pasirnya masih keliatan seiprit, kami banyak banyak berpose gila lagi di tempat ini. Menjelang matahari terbenam, tempat ini menjadi lebih indah lagi. Sayangnya, suasana masih mendung sore itu.
![]() |
Pulau Pasir |
Setelah mengunjungi Pulau Pasir, kami kembali ke Tanjung Kelayang lanjut ke Hotel. Makan malam di sebuah restoran dan hunting oleh oleh di Pusat Oleh Oleh Belitung, yang ternyata cuma 300 meter dari hotel kami.
Ngape ngape, Traditional House dan Danau Kaolin
Hari terakhir di Belitung kami memutuskan untuk membatalkan trip ke sekolah Laskar Pelangi dan rumah Andrea Hirata, dengan alasan takut gak keburu flight siang kami. Untuk menggantikan hati yang nestapa karena gak jadi menyusuri jejak sejarah Laskar Pelangi, kami memulai pagi kami dengan ngopi ala geng rusuh di cafe lokal yang terkenal. Begitu tiba, kami segera mendapat tempat
Destinasi selanjutnya adalah rumah adat Belitung yang letaknya tak jauh dari kedai kopi. Rumah adat Belitung berbentuk rumah panggung dengan teras di bagian depan dan beberapa jendela besar di bagian samping. Selain memamerkan contoh pelaminan dan pakaian adat masyarakat setempat, rumah ini juga memiliki contoh dapur beserta perabot khas masyarat Belitung. Bentuknya sih mirip dengan rumah panggung suku Bugis. Dasar aneh, geng rusuh segera mengambil perkakas yang dipajang dan (lagi-lagi) bikin pose aneh di rumah panggung. Untung rumahnya lagi ga banyak pengunjung.
Persinggahan terakhir kami adalah Danau Kaolin, merupakan danau berwarna biru. Danau ini semula adalah daerah galian tambang yang ditinggalkan. Reaksi kimia bahan tambang dan air menjadikan danau ini memiliki warna biru yang indah. Jika punya waktu sejenak, sempatkanlah mampir ke tempat ini. Sangat dianjurkan untuk cukup berfoto saja di tempat ini, NYEMPLUNG sangat tidak disarankan.
Demikianlah cerita saya dan geng rusuh di Belitung.
Main HarPa
Di Rumah ANya
Sampai JumPa
Di trip berikutNya
PS. Geng Rusuh menggunakan jasa tour dari www.belitungisland.com dan tournya highly recommended. Kami dipandu oleh Pak Hendro, yang tidak hanya piawai menjadi guide akan tetapi juga piawai dalam mengambil gambar dan membuat serta mengedit video perjalanan. Pak Hendro dapat dikontak melalui: +6281977833149.
Beri Komentar Tutup comment