Wadda day!!!!

Hari Rabu kebetulan lagi ga ada kuliah, maklum beberapa kelas tutorial belum berjalan karena baru minggu pertama semester. Kampus sudah mulai rame dengan anak anak baru (termasuk saya) yang celingukan mencari ruang perkuliahan. Namun sebagai mahasiswa yang baik hati dan tak makan sabun, saya tetap berniat ke kampus, yah kali aja ada yang bisa dikerjakan. Namun, sepertinya saya harus ke City dulu karena ada janjian makan siang dengan seorang rekan.


Jam 11 lewat banyak, saya meninggalkan rumah dan menuju City dengan tram no 19. Saya memilih seat yang dekat jendela, duduk di samping seorang kakek dengan wajah oriental look dan di depan seorang ibu-ibu dengan nehi-nehi look (India, red). Seperti layaknya orang lain di tram, saya tak terlalu menghiraukan suasana sekeliling, saya sibuk sendiri menikmati lagu dangdut yang mendayu-dayu dari ipod di saku (Gadget boleh ipod, selera tetep dangdut dong). Lumayan bagi yang kangen suasana tanah air, naik tram jadi serasa naik angkot kampung Melayu. Saat tram berhenti di stop 22, sepasang kakek nenek (umurnya sekitar 80 an tahun) menaiki tram. Si kakek belum duduk, saat pengemudi tram memutuskan bergerak. Kontan, si kakek terjatuh dengan posisi telentang. 


Karena kejadiannya berlangsung di belakang saya, saya baru ngeh saat beberapa penumpang menoleh ke belakang. saya pikir, ah cuman jatuh biasa paling sebentar lagi juga bangun sendiri. Si kakek terlentang tak mampu bangun dan badannya bergerak seperti orang menggigil, si nenek panik. Pengemudi tram yang sadar akan kekacauan di dalam tram segera menghentikan tram. Saat semua panik, dua orang pria yang berada di dekat sang kakek, membantu si kakek untuk berdiri dan membawa si kakek duduk tepat di belakang saya. Saya menarik nafas lega, karena si kakek masih sempat bilang: No worry, I am OK!. Tram kembali bergerak.




Selang 10 detik, tiba tiba si kakek sesak nafas dan semakin lama terdengar semakin berat, kepalanya makin lama makin menunduk, sang istri dengan sigap memegang si kakek. Istrinya berteriak "Stop the tram please!!!", teriaknya. Seisi tram kembali heboh, ada yang berteriak "Call the ambulance", "Bring him to hospital". Semuanya panik dan tak tahu harus berbuat apa, sebagian memerintah tapi tak ada yang beraksi. Saya menekan "000" di hape dan menghubungi operatornya. Sang operator pun menyambungkan saya segera ke layanan ambulans. Saat tersambung, saya langsung ke pokok bahasan: "Hi, We have emergency situation here an old guy just fell down inside the tram and he needs help urgently. Can you send us ambulance?. I am now in the tram No. 19 and we are at the intersection between Sydney Road and Glenlyon Road". Sang operator menanyakan umur sang kakek, saya yang panik menyerahkan hape saya ke lelaki yang tadi membantu si kakek karena dia yang melihat langsung kejadiannya. Setelah itu, giliran si pengemudi tram yang memberikan informasi mengenai lokasi tram. Dan hanya dalam waktu 4 menit, ambulans nya datang dan saya beserta seorang penumpang lain memapah si kakek ke ambulans. Si nenek mengucapkan terima kasih kepada kami semua sebelum menyusul suaminya ke ambulans.


Saat kembali ke tram, kakek berwajah oriental di sampingku mengacungkan jempol dan ibu nehi-nehi tersenyum sambil berkata: "You did a great job, young man. Excuse me, Are you from Bangladesh?".

Jyaaaah saya yang tadinya mau tersenyum, terpaksa urung sambil berkata: "No, I am from Phillipines". CAPEK DEEEEH. (Sigh, kejadian yang sama terulang lagi


Memasuki city, saya turun pas di persimpangan Bourke Street dan Elizabeth Street. Jalan sepanjang Bourke Street ternyata diblokir. Wah, ada apa gerangan? saya melihat banyak orang berkerumun sambil menunjuk ke satu arah. Asyiiik, ada perayaan sepertinya. Lumayan kan buat mengusir stres setelah sempat panik di tram. Saat mengikuti arah telunjuk orang-orang yang berkerumun, saya bukannya terhibur, malah makin strets Ternyata jalan ditutup karena ada seorang pria yang mencoba bunuh diri dari sebuah gedung yang sebenarnya tidak terlalu tinggi.Tiga orang polisi nampaknya sedang melakukan negosiasi dengan sang pria. Negosiasi berjalan alot dan salut bagi pak polisi yang akhirnya mampu menggagalkan acara terjun bebas si lelaki tadi. Dasar lelaki bodoh, kalo mo bunuh diri niatnya disempurnakan dong, ngapain milih gedung yang gak tinggi, itu kan setengah-setengah namanya, cari aja gedung tinggi sekalian biar lebih keren matinya. Hehehe, just kidding.


Bourke Street (retrieved from www.travelblog.org) 


Anyway, I learnt a couple of things today:




  • 2 nyawa tertolong berkat upaya yang tanpa pamrih dan tak kenal lelah dari orang-orang sekitar *hueeekkksss* .





  • Selalu catat nomor darurat, jadi tahu harus menelepon siapa saat berada dalam kondisi tersebut. (Di Australia, nomor darurat nya bukan 911, tapi 000).





  • Saya masih tetap disangka orang Bangladesh, NASIIIIBBB!!!

Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.