Ngopi dan lingkungan, apa hubungannya??



Pada doyan ngopi nggak? Kalau jawabannya iya, saya yakin banyak yang sudah jadi pelanggan tetap starbucks. Hehehehe. Saya nggak terlalu doyan kopi sih, saya lebih suka minum hot chocolate. 


Saya memperhatikan orang-orang di Melbourne sangat keranjingan sama yang namanya ngopi. Tak heran-heran warung-warung kopi alias cafe (baca: KAPE) menjamur di mana-mana. Di kampus saja, ada banyak tempat ngopi. Dan tidak seperti di Indonesia, dimana cafe dijadikan tempat nongkrong (meski pesannya cuman satu cangkir dan yang nyicip tiga orang), disini banyak penikmat kopi yang take away. Jadi sangat lumrah melihat  ada teman yang masuk kelas dengan secangkir kopi hangat di tangan yang bisa diseruput sekali-kali sambil menyimak kuliah. Kadang kalau ada break sejenak di kelas, beberapa teman menyempatkan diri keluar untuk beli kopi dan kembali ke kelas dengan secangkir kopi di tangan disertai wajah sumringah. Hidup seolah-olah tak lengkap tanpa kopi. 


cafe nya pak professor di kampus


Bisnis cafe disinipun sepertinya sangat menjanjikan, mau buka kedai kopi dimanapun selalu rame. Makanya, Starbucks tidak terlalu bergaung di sini. Kalah pasaran nampaknya oleh pesaing-pesaing lokal. Bahkan beberapa teman menyatakan diri Anti-Starbucks karena rasanya kalah sama cafe cafe lokal. Hehehehe. 


Yang menjadi tantangan adalah untuk memenuhi kebutuhan penikmat kopi yang take away, dibutuhkan banyak gelas kopi sekali pakai. Dan bayangkan saja kalau gelas-gelas ini selesai dipakai, berapa banyak sampah gelas yah yang harus ditangani. Logikanya sangat sederhana, kalau setiap hari seseorang beli kopi take away, dalam sebulan dia membuang 30 buah gelas plastik. Berarti dalam setahun,seorang penikmat kopi bisa saja membuang lebih dari 300 gelas kopi sekali pakai. Coba bayangkan, betapa banyak penikmat kopi di dunia ini, dan berapa banyak sampah gelas yang harus bumi ini tampung. (Saya yakin pake kalkulus 7 pun gak bakalan tahu jumlahnya saking banyaknya)


Apa solusinya? Tentunya terlalu ekstrim untuk mengatakan berhenti ngopi. Itu jawaban bodoh menurut saya, berhenti ngopi hanya karena masalah sampah gelas. Salah satu solusi yang bisa para penikmat kopi lakukan adalah dengan membawa gelas sendiri ke penjual kopi. Pasti langsung mikir kan, wah masak bawa gelas sendiri, kan repot bawanya. Nah, disinilah letak pengorbanan yang kita lakukan. Sedikit berkorban gak masalah kan buat cuci gelasnya sendiri. 
the keepcup family


Sebuah solusi unik ditawarkan oleh keepcup dengan menciptakan gelas kopi trendi dan reusable (dapat digunakan berulang-ulang). Keep cup diklaim sebagai gelas reusable pertama yang memenuhi standar barista. Kalau dirawat dengan baik, gelas ini dapat digunakan selama 4 tahun (lumayan kan, bisa mengurangi gelas disposable hingga 1400 an gelas). Nampaknya, efek keepcup juga lumayan manjur. Saya banyak menjumpai orang-orang di tram yang menikmati kopi dengan keepcup. hehehehehe. 
Dipilih, dipilih, dipilih dipilih 


Ini bukan promo keepcup lho. Saya sendiri blom punya keepcup kok. Saya sudah cukup puas dengan gelas thermos pemberian kampus. Intinya adalah, dibutuhkan sedikit pengorbanan untuk merubah kebiasaan plus secuil inovasi. Kisah keepcup mungkin bisa menginspirasi kita dalam mencari ide kreatif  untuk merubah perilaku orang-orang di sekitar kita agar lebih ramah lingkungan. 


Pengganti keepcup, hehehehehe


Sudah larut malam, saatnya menikmati hot chocolate....... 


If you're out and you've forgotten your travel mug, you don't deserve coffee. And if you make this small sacrifice this time, you're almost certain to remember to bring it the next
(Wanda Urbanska in her book: Less is More)




Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.