Karena Kami Cinta Indonesia

Bermula dari sebuah lunch yang berlangsung kemarin di pelataran Union House nya kampus UniMelb. Saya kebetulan bertemu dengan beberapa teman Indonesia. Sambil makan kami mengobrol banyak tentang assignment yang menghantui hidup kami akhir-akhir ini (halah), tentang kerasnya hidup di Melbourne (halah lagi), tentang musim semi yang masih terasa musim dingin (curhat.com), dan tak lupa meembahas sedikit tentang politik dalam negeri (kalo ini wajib hukum nya dibahas).



Perbincangan seperti ini memang selalu menarik, mungkin karena kesannya informal dan diselingi kelakar. Seorang teman merasakan bahwa di kota yang katanya one of the most livable cities in the world ini, ternyata banyak layanan kesehatan yang mahal. Contohnya, layanan kesehatan gigi. Kalau di Indonesia mungkin kalo ada masalah gigi, bisa langsung ke tukang gigi dan bayar gak banyak kalau cuman buat cabut gigi doang. Ternyata teman saya punya pengalaman buruk dengan giginya yang dicabut. Saat dia ke klinik gigi di sini, dia akhirnya harus merogoh kocek hampir DELAPAN JUTA hanya untuk cabut gigi, itupun cabut giginya harus melalui rontgen sana rontgen sini. Sebuah harga yang wow untuk sekeping gigi. Belakangan baru ketahuan kalau ternyata layanan kesehatan gigi disini dianggap sebagai bagian dari layanan kecantikan (treatment), bukan sebagai layanan publik. Makanya harganya pun bukan harga proletar, melainkan harga borjuis.



Perbincangan selanjutnya adalah kenapa sih di Melbourne kita tidak mendapatkan wilayah khusus orang Indonesia. Orang Vietnam punya daerah khusus di Melbourne namanya Footscray, orang-orang Libanon, Turki punya perkampungan namanya Brunswick (tempat saya tinggal sekarang), belum lagi di sekitaran Lygon yang banyak dihuni imigran Italia. Kok orang Indonesia gak ada daerah khusus nya yah, padahal secara geografis Indonesia dekat dengan Australia. Selain itu, jumlah orang Indonesia di Melbourne lumayan banyak lho. Perasaan saya selalu dengar orang ngomong Indonesia deh dimana-mana, entah di kampus, tram, city, train dan jalan. Kok gak ada yah perkampungan orang Indonesia? Hmmmmm menarik.




Temporary Melburnians who keep dreaming about kue apem and fried banana


Mau tahu gak kesimpulan kami akhirnya? Akhirnya kami berkesimpulan bahwa Indonesia itu terlalu indah untuk ditinggalkan. Semangat nasionalisme orang Indonesia tinggi jadi meskipun ke luar negeri, gak banyak yang memutuskan untuk menetap di luar negeri (ini berdasarkan hasil esei teman saya lho.... ). Sebuah jawaban yang mungkin terdengar ngehe tapi ada benarnya.



Saya menikmati segala keteraturan yang ditawarkan Melbourne, saya cinta sistem pendidikan yang menganut sistem egalitarian disini, saya suka kebebasan yang menjadi keseharian penduduk disini. Tapi semua itu tak membuat saya lantas beralih ke tempat ini. Entahlah, negeri saya yang kata orang sedang carut marut itu tetap merupakan magnet tersendiri bagi saya, warganya. Indonesia is the most beautiful country lah menurut kami. (Sebuah kesimpulan bias dari mereka yang kangen makan warteg).





Dan mendengarkan lagu lagu berikut ini membuat hasrat pengen mudik makin terasa kuat...... Hmpphhhhh











No matter where I go, I am Indonesian and always proud to be...INDONESIAN
Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.