Apa yang rekan blogger bayangkan begitu mendengar kata ibukota? Mungkin banyak yang langsung membayangkan “padat, macet, polusi, gedung tinggi dan kesibukan”. Saya juga awalnya seperti itu. Namun kunjungan saya ke Wellington menyadarkan saya bahwa ibukota tak melulu ramai dan padat. Ibukota tak selalu harus kota berpenduduk terbesar dan memiliki gedung-gedung tinggi. Anggapan saya tentang ibukota makin terbantahkan saat saya berkesempatan mengunjungi ibukota Australia, Canberra. (Banyak lho yang mikir kalo Aussie ibukotanya Sydney).
kota yang lengang, bukan? |
Saya tiba di Canberra tepat hari Minggu siang. Saya tiba di downtown kota Canberra yang lengang. “Lah ini pada kemana yah?”, pikirku. Ternyata beginilah keadaan Canberra kalau hari Minggu. Lengang. Dengan penduduk yang cuman sekitar 350 ribu orang, tak salah kalau banyak pelancong yang tak terlalu mengenal kota ini.
Kota ini awalnya dibentuk karena terjadi persaingan antara Melbourne dan Sydney untuk menjadi ibukota Australia. Kota ini dibangun setelah sebuah sayembara perencanaan kota digelar. Sang pemenang sayembara (yang juga urban planner) adalah Walter Burley Griffin dan Marion Mahony Griffin. Kota ini dibangun dengan konsep kota taman (garden city) yang kebetulan sedang marak pada saat itu. Di tengah kota Canberra terdapat sebuah danau buatan yang mempercantik kota ini. Bagi para pelancong yang suka ketenangan, Canberra bisa menjadi alternatif lokasi liburan yang menyenangkan.
Apa saja yang bisa dikunjungi di Canberra?
Canberra sebenarnya memiliki 3 bangunan unik yang berada pada satu garis lurus: yaitu War Museum, Old Parliament dan New Parliament House. Jadi saat saya berdiri di puncak new parliament saya bisa melihat Old Parliament dan War Museum dalam satu garis lurus.
Foto diambil dari puncak new parliament house, bangunan putih ini adalah old parliament, sedangkan yang di ujung adalah war museum. 3 bangunan yang terletak segaris |
War Museum, sesuai namanya yah pastilah museum tentang perang. Tapi Australia kan gak pernah berperang. Jadi museum ini tentang apa dong? Setelah saya masuk ke museum ini, saya jadi paham bahwa meski Australia tidak pernah berperang atau menjajah Negara lain, namun Australia ternyata ikut terlibat perang. Museum ini menceritakan keterlibatan para pemuda Australia dalam perang dunia 1 dan 2. Berhubung pelajaran sejarah dulu nilainya jeblok jadi ga bias cerita banyak lah tentang museum ini. Anyway, it is a worth visited museum.
War Museum |
War Museum |
Old Parliament dan New Parliament House. Fungsi kedua bangunan ini sama. Cuman bedanya, Old Parliament sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat pertemuan para wakil rakyat, dan lebih difungsikan sebagai museum. Bangunan ini nampak masih sangat terawatt meski sudah tidak difungsikan. Banyak sejarah partai-partai di Australia yang bias dipelajari disini. New Parliament House berkonsep lebih modern. Di puncaknya dipancangkan bendera Australia yang menjadi penanda gedung ini. Bagi para pengunjung, jangan khawatir tersesat karena di kedua gedung parlemen ini, selalu ada guide gratis yang akan memandu kita mengelilingi tempat ini. Mereka ramah-ramah pula dan selalu siap menjawab pertanyaan-pertanyaan bodoh saya (Maklum, gak ngerti system politik Australia, hehehehe).
New Parliament House |
Old Parliament |
Ruang rapat nya para wakil rakyat |
Selain ketiga tempat tadi, Royal Australian Mint bisa menjadi alternatif menarik. Royal Australian Mint merupakan tempat pembuatan koin-koin yang dibuat di Australia. Tak hanya itu, tempat ini juga berfungsi sebagai museum koin yang interaktif. Jadi sejarah koin dan jenis-jenis koin yang digunakan di Australia lengkap di tempat ini. Alat-alat pembuat koin tradisional juga ada di tempat ini, serta demonstrasi pembuatannya.
Tangga koin di Royal Mint |
Satu tempat lagi bagi kami para mahasiswa. Tak afdol rasanya ke Canberra kalau blom berkunjung ke Australian National University (ANU), salah satu universitas terbaik di Australia dan masuk dalam top 50 Universitas di dunia. Ditemani teman-teman di Canberra, saya menyusuri kampus ini. Memang beda suasananya. Kampus ANU itu serasa bersekolah di desa karena bangunan kampus tidak berdempet dan ruang publik nya sangat luas.
My fav spot in ANU |
Namun, tempat-tempat tersebut di atas, bukan menjadi alasan utama saya ke Canberra. Alasan utamanya adalah saya ingin menemui 5 teman saya yang kuliah di Canberra (Mbak Neni, Clara, Mbak Maria, Miranti dan Amalfi). Bagi yang pernah membaca postingan saya yang ini, pasti kenal lah dengan mereka. Dan kebetulan, Lies (yang kuliah di Adelaide) ternyata juga sedang berada di Canberra saat saya berkunjung ke Canberra. Jadilah acara reunion kecil-kecilan ini makin rame.
Rasanya tak sabar pengen ke Canberra lagi, selalu kangen pengen ketemu 5 sahabat yang sedang menimba ilmu di Canberra ini.
They are my main reason to visit Canberra |
Ada yang mau ikut kuliah di Canberra?
Beri Komentar Tutup comment