Banyak cerita-cerita seru yang kita sering dengar dari mereka yang melakukan perjalanan (baca: travelling). Kali ini saya akan berbagi sedikit tentang cerita unik seputar travelling dan sholat. Yup, ada beberapa pengalaman menarik saya dan teman berkenaan dengan sholat selama perjalanan.
Kalau sedang backpacking di negara lain, saya selalu menganggap diri saya sebagai musafir. Sebagai musafir, ada beberapa kemudahan dalam beribadah misalnya bisa qasar (menyingkat sholat) dan jamak (mengerjakan dua sholat dalam satu waktu). Saat travelling ke Singapura dan Malaysia, tak ada kesulitan berarti untuk menunaikan ibadah sholat. Maklumlah di Singapura saya tinggal di daerah Bugis Junction yang memiliki sebuah mesjid besar. Selain itu, meski saya tinggal di backpacker hostel di Bugis Junction, saya selalu bisa numpang sholat di warung yang terletak di bawah hostel tersebut. Kalau di Malaysia juga gak begitu susah nyari tempat sholat, maklum lah negara nya berpenduduk muslim jadi mesjid dan musholla gak begitu susah nyarinya.
![]() |
Mesjid berkubah emas di Bugis Junction |
Tantangan sholat mulai terasa saat harus berkunjung ke negara-negara yang penduduk muslim nya minoritas. Saya cukup beruntung saat ke Kamboja dan Vietnam karena saat mengunjungi tempat ini, saya travel bersama Mila dan Vonny. Kami memutuskan menyewa satu kamar di Ho Chi Minh dan di Phnom Penh, jadi saya bebas sholat di kamar tanpa perlu merasa risih. Travel bersama teman memberi saya keuntungan, karena teman-teman travel saya mengerti akan kewajiban saya.
Kelucuan sempat terjadi saat saya naik bus dari Ho Chi Minh ke Phom Penh. Setelah melewati imigrasi Kamboja, bus yang kami tumpangi beristirahat sejenak di daerah Moc Bai, kawasan Casino nya Kamboja. Para penumpang lain turun untuk mengisi perut di warung pinggir jalan. Saya dan Vonny bergegas mengambil air wudhu di toilet yang disediakan warung setempat, dan segera men-jamak sholat Dzuhur dan Ashar di lorong bus. Saya bergantian bersama Vonny. Sang kenek sempat melongo melihat Vonny mengenakan mukena dan menunaikan sholat. Saya berusaha memberikan isyarat sembahyang dengan menyatukan kedua tangan saya di depan dada, arghhhh susah juga komunikasi nya sama mereka yang gak bisa berbahasa Inggris. Untungnya si kenek mengerti, dia tersenyum dan berlalu meninggalkan saya yang menunggui Vonny dan Vonny yang masih berbalut mukena.
Bus yang membawa kami dari Ho Chi Minh ke Phnom Penh |
Terkadang, tayamum dan sholat sambil duduk harus dijalani saat berada dalam perjalanan. Saya beberapa kali harus bertayamum dan sholat duduk di atas kursi bus atau kursi pesawat. Saya ingat dalam penerbangan saya ke Christchurch dari Wellington, saya harus menunaikan sholat Dzuhur di pesawat. Sempat dilema juga awalnya karena yang duduk di samping saya adalah dua bule yang mungkin gak ngerti ritual saya. Antara risih dan kebelet sholat, saya akhirnya memberanikan diri minta ijin dulu sama mereka kalo saya mau melaksanakan ritual saya sebagai muslim. Mereka mengangguk-angguk tanda mengiyakan dan tersenyum. Namun, mereka tetap melihat saya dengan tatapan aneh saat saya mulai tayamum dan sholat duduk. Sesaat, setelah selesai sholat, saya mendapati pasangan bule ini saling sikut-sikutan setelah mencuri-curi pandang ke ritual sholat saya. Mereka tersenyum penuh arti setelahnya. Mungkin merasa aneh melihat orang sholat kali. But, whatever lah I don't care, hehehehehe. Toh, saya sudah minta ijin sama mereka. The dog barks, the convoys pass over (Baca: Anjing menggonggong, kafilah berlalu, hehehe)
Tantangan lain yang mungkin dihadapi adalah sholat di backpacker hostel, apalagi kalo sekamar harus share dengan 5-7 orang yang baru kita kenal. Saat saya di Christchurch, saya menyampaikan informasi tentang ritual sholat saya ke teman-teman backpacker sekamar saya biar mereka maklum. Rata-rata sih mereka "no problemo". Terkadang jadi tercipta percakapan hangat setelah saya sholat, karena mereka tertarik ingin tahu tentang ritual sholat umat muslim. Pun ketika saya berada di Queenstown, saya menyampaikan ke sekamar saya (sepasang muda-mudi Jerman) tentang ritual saya. Mereka pun gak masyalah. Sebelum saya memulai sholat mereka sempat bertanya: "When you pray, you face towards Mecca right?" (Kamu kalau sholat menghadap ke Mekkah kan?). Saya cuman mengangguk. Saat saya memulai sholat, saya sedikit kurang bisa konsentrasi karena saya mendengar suara-suara aneh dari pasangan Jerman ini. Begitu saya menoleh untuk salam, ternyata mereka sedang ciuman dengan dahsyatnya. Nasiiiibbbbbbbbb travel sendirian........
Queenstown from a friend's house |
Saya jadi ingat cerita teman saya, Ima, yang saat itu sedang traveling ke Sydney. Saat baru sampai di backpacker hostel pas siang hari bolong, kamarnya kebetulan kosong. Jadi mumpung penghuni lain sedang keluar, Ima memutuskan untuk menunaikan ibadah sholatnya. Dia pun ber-mukena ria dan mulai sholat di ranjang bertingkat jatahnya. Saat sedang sholat, seorang cewek masuk ke kamar itu dan sempat shock melihat Ima yang berjubah putih sedang berdiri melakukan sebuah ritual. Untungnya setelah sholat, Ima berhasil meyakinkan cewek tadi bahwa yang dilakukannya bukan pemujaan setan, tapi ritual umat muslim. Setelah itu, sholat di kamar itu jadi lebih mudah bagi Ima.
Sebenarnya, sholat dalam perjalanan itu gak terlalu susah selama ada niat. Selain itu, pelaksanaan sholat tidak rumit, malah fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kondisi kita. Beribadah sholat selama travel tetap mungkin dilakukan. Mungkin teman-teman ada pengalaman sholat yang lebih unik?
Beri Komentar Tutup comment