Di hari lebaran di tanah air, suara pertama yang kita dengar saat terjaga pada waktu subuh adalah suara takbir dan tahmid. Di Melbourne, jangan harap ada suasana seperti itu. Different field, different grasshopper (baca: lain padang lain belalang, heheheh) kata pepatah kita. Setelah sholat, mandi dan mengenakan batik kebesaran serta jaket winter, saya bergegas menunggu tram tak lupa menenteng lontong hasil masakan semalam.Yah hari itu adalah ldul Fitri kedua saya di Melbourne
Idul Fitri in Sport Centre, The University of Melbourne |
Banyak yang bertanya bagaimana lebaran di Melbourne? Ikut Muhammadiyah atau ikut pemerintah? Ada sholat ied gak Melbourne? Seru gak idul fitri di sini?. Akan dijawab satu per satu setelah iklan berikut ini. Sholat ied di Melbourne ditentukan hari Rabu mengikuti hasil rapat majelis ulama Victoria. Sholat ied untuk orang-orang Indonesia (yang non-Indonesia juga boleh ikut) kebetulan dilaksanakan di Sport Centre kampus saya. Setiap tahun biasanya ada panitia khusus yang dibentuk oleh mahasiswa Indonesia di Melbourne untuk pelaksanaan Idul Fitri. Karena dilaksanakan oleh orang Indonesia, khatib nya pun sudah pasti berbahasa Indonesia, jadi gak perlu mikir dua kali saat mendengarkan khutbah. Saya sendiri bukan panitia, tapi saya berteman dengan para panitia, itung-itung bisa bantu dan semoga bisa bawa pulang makanan. Amiiiin.
Perkiraan jumlah pengunjung adalah 800-1000 orang terdiri dari mahasiswa dan warga Indonesia yang memang sudah menetap dan malah ada orang Indonesia yang sudah menjadi warga negara Australia. Tradisi setelah lebaran adalah para panitia kudu mengadakan halal-bi-halal langsung setelah selesai khutbah. Bayangkan, saudara-saudara ada 800 orang yang mau makan bersama. Siapa yang menyuplai makanan? KAMI semua. Halal-bi-halal dilaksanakan dengan sistem potluck, jadi tiap-tiap yang datang dipersilahkan membawa makanan untuk dishare ke yang lain. Saya memilih membawa lontong, yang bikinnya gampang. Soalnya kalo saya keukeuh mau bawa rendang, saya sudah haqqul yakin ga bakal ada yang mau nyomot rendang buatan saya. Walhasil di hari H, panitia ada yang menjadi penyambut jemaah, ada juga yang menjadi tim penyambut makanan bawaan jemaah. Saya sudah tentu lebih memilih menjadi relawan penyambut makanan. Banyak jenis makanan yang dibawa oleh jemaah, ada rendang, opor, sambel goreng ati, pudinng, cake, buah dll. Lumayan lah buat cuci mata sebelum kenduri besar-besaran.
Antri makanan potluck |
Sholat ied nya berlangsung khidmat. Sholatnya makin terasa sangat Indonesia dengan beberapa tangisan bayi yang menambah syahdu nya sholat ied. Setelah sholat selesai, para jemaah diarahkan ke luar Sport Centre untuk mulai mencicipi makanan hasil potluck. Antrian begitu panjang, sampai-sampai panitia berulang kali mengingatkan jemaah agar tidak memasuki lintasan jogging. Mungkin karena antriannya kepanjangan, beberapa jemaah memutuskan pulang lebih cepat. Ada seorang ibu yang protes ke kami bahwa pengaturan jemaah tahun ini agak kacau. Saya sih cuman bilang dalam hati: yah kalo gitu, taun depan lu aja yang jadi panitia, Bu.... Hehehehe. Kasihan juga melihat teman-teman panitia yang sudah susah payah menjadi relawan di tengah deadline tugas dan ujian, masih saja diprotes. Bantu tertibkan lah kalau memang dirasa kacau.
![]() |
Menunya tinggal dipilih.... |
Saat jemaah makin berkurang, masalah baru muncul. Masih banyak banget makanan yang tersisa. Masih ada rendang, opor, sambel goreng ati, juice, buah. Dengan semangat 45, saya mulai mengumpulkan beberapa jenis makanan untuk dibawa pulang. Kalau masalah bawa pulang makanan sih, saya gak nolak dan gak malu. Soalnya saya pernah tinggal di asrama yang mengajarkan prinsip: when it comes to food, you SHY, you DIE. Setuju? Alhamdulillah, aksi anti-mubazir saya diikuti oleh teman-teman yang lain. Walhasil meja makan di rumah yang tadinya kosong melompong kini benar-benar terasa nuansa idul fitrinya dengan semarak rendang, opor ayam dan sambel goreng ati hasil jarahan. Hahahaha.Eid Mubarak.
Satu hal yang membuat saya terharu adalah partisipasi rekan-rekan non muslim untuk membantu dalam pelaksanaan lebaran ini. Mereka datang dari pagi ikut membantu mengarahkan jemaah ke tempat sholat, ikut membantu mengkoordinir makanan, ikut membantu menyusun meja, ikut memonitor meja saat halal-bi-halal dilaksanakan. Di Melbourne, saya justru merasakan apa yang terasa hilang di Indonesia: toleransi dan kerukunan. Teman-teman non-muslim tidak canggung untuk membantu kami-kami yang sedang merayakan Idul Fitri. Can't thank them more.
![]() |
Bahagia setelah menjarah sisa halal bi halal |
![]() |
Panitia rebutan jarahan |
Wajah wajah bahagia para penjarah |
Sekian liputan lebaran di Melbourne. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua. Sekarang saya mau menikmati rendang hasil jarahan dulu.
Wassalam
Beri Komentar Tutup comment