Sebuah panggilan yang (kurang) menyenangkan


Sudah sejak akhir November saya berada di Indonesia untuk sebuah libur yang sangat panjang. Praktis, saya sangat tidak produktif karena setiap hari saya bertingkah bak pengangguran sejati. Proposal thesis tak tersentuh, blog jadi terbengkalai dan kegiatan menulis artikel saya terhambat. Satu-satunya kegiatan yang berhasil dengan sukses adalah wisata kuliner, hell yeah I am a very devoted food lovers because for me, food is either delicious or very delicious, hehehe. 





Kehidupan santai saya di kampung halaman tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah telepon dari seorang teman lama, saya selalu memanggil dia Retri (bukan nama asli, red). Retri adalah seorang travel writer yang telah menelurkan (now you sound like poultry, Retri..Sorry) dua buah buku travel tentang tripnya ke India dan travelicious Jakarta. Yeah, Retri adalah teman ketawa yang seru, teman kuliner yang senang membagi makanannya. Hey, enough about Retri. Berikut petikan percakapan kami: 





Retri yang panik (RYP): Halo 


Saya yang liburnya terganggu (SYLT): Hey Ret.... 


RYP: Pu, lu kemana saja sih? 


SYLT: Gua di kampung Ret... Internet susah (jawaban standar padahal ada Blackberry yang terkoneksi internet 24/7) 


RYP: Gimana proyek kita? 


SYLT: Proyek apaan nih? (berlagak bego) 


RYP: Menulis buku tentang New Zealand  


SYLT: (krik krik krik) (Silent mode: ON


RYP: Gua baru aja dapat telepon nih dari penerbit. Mereka minta draftnya masuk ke mereka akhir Januari. 


SYLT: Oh yah... Wow (terdengar bahagia padahal dalam hati: CRAP... It's gonna ruin my holiday


RYP: Gimana??? Are you in?? 


SYLT: Gua harus nulis berapa banyak? 


RYP: Mmmm ga banyak kok, cuman sekian puluh lembar plus sekian belas lembar, plus sekian lembar. 


SYLT: Errrrrrr mmmmmm ngngngngngn..... Yes, I am in. Sepertinya gua bisa nulis segitu dengan garis kematian (baca: deadline) akhir Januari. 


RYP: Iya yah, then DEAL.... 





Setahun sebelumnya kami memang pernah merencanakan menulis buku bersama tentang New Zealand. Saya tenggelam dalam kesibukan kampus dilanjutkan dengan liburan yang memalaskan di kampung halaman. Saya jadi perlahan-lahan amnesia dengan deal kami setahun yang lalu. Dan telepon Retri di siang bolong menjadi wake up call buat saya. A promise is a promise, it will never turn to be a chocolate right? (Lah kok jadi nggak nyambung?). 




Satu dari sekian pertemuan... it's all about New Zealand


Sejak telepon itu, saya kembali merangkum ingatan saya tentang rute, biaya dan detail-detail perjalanan saya ke New Zealand. Semuanya begitu sulit saya lakukan di kampung saya. Mood saya sangat holiday di kampung, dan sangat sulit untuk berkonsentrasi menulis sehalaman sehari. Saya memutuskan untuk ke Jakarta pertengahan Januari dan berharap ada perubahan mood. Saya jadi sering bertemu Retri dan berdiskusi banyak hal. Semangat kembali berkobar untuk menyelesaikan buku sebelum garis kematian tiba. 





Masalah bertambah saat penasehat akademik saya yang baik hati mengirimkan sebuah email sakti di saat saya sedang fokus untuk menyelesaikan deadline. Sebuah email sakti tiba seminggu sebelum deadline buku saya, email itu mengabarkan bahwa mereka belum menerima proposal thesis dari saya. Saya di-ultimatum untuk segera memasukkan proposal thesis di minggu yang sama. Double headache... 





Indeed, juggling two deadlines ain't easy.  Road to deadlines got rockier.





Dengan penuh perjuangan, pengorbanan dan kerja keras serta tawadhu dan tawakkal (halah), kedua deadline tadi bisa diselesaikan. Pertemuan saya dengan Retri masih terus berlanjut untuk membahas detail-detail buku yang masih belum lengkap. Thanks Lord I have her as a partner, Retri memposisikan diri sebagai mitra sejajar meski sebenarnya saya dapat deal bikin buku ini melalui dia. 





Ternyata panggilan dari Retri yang mengganggu liburan saya di kampung halaman, berujung pada pengalaman menulis dan berbagi pengalaman yang menyenangkan. Untungnya si Retri tidak pernah marah dengan kemalasan-kemalasan saya, dia cukup mengancam saya dengan badik. That's enough to make me feel threatened, emmm I mean MOTIVATED hahahaha. Trust me, Retri is not cruel... 





Sekarang draft kami sedang melalui tahap pembantaian di meja editor. Doakan semuanya lancar yah... 









Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.