Postingan ini bukan sekuel dari buku "Sabtu Bersama Bapak" yang mengharu biru itu, judulnya kebetulan dimirip-miripkan saja biar ada kesan kekinian dan membuat orang tertarik membaca (dan meninggalkan komen hahahah). Kali ini saya akan sedikit share tentang kegiatan rutin saya tiga sabtu terakhir, yakni belajar berenang.
Ngomong-ngomong tentang berenang, saya sendiri baru bisa berenang di tahun 2008, saat teman-teman kantor sering ngajakin berenang di Pondok Indah. Saya belajar berenangnya pun modal nguping anak-anak yang lagi belajar berenang sama pelatihnya. Pelan pelan bisa gaya dada, masalah tekniknya benar apa nggak itu urusan belakangan, yang penting bisa gerak dulu. Setelah itu, saya mulai mengamati juga yang gaya bebas dan mulai meniru mereka sebisa saya. Berbekal beberapa kali nelen air dan telinga kemasukan air, saya bisa juga bergerak saat menirukan gaya bebas mereka-mereka di kolam. Setelah itu, saya tak pernah melewatkan kolam renang di tempat-tempat yang saya kunjungi. Mau kolamnya sekecil apapun, saya pasti nyemplung. Intinya saya harus berenang
Sport Club Kota Wisata |
Saya memulai lari sejak akhir 2014. Di tahun 2015, saya sudah mengikuti beberapa race hingga half marathon (21 km). Tercatat di tahun 2015 total mileage lari saya melebihi 1000 km, akumulasi jarak yang tak pernah saya bayangkan akan mampu saya kumpulkan dalam waktu setahun. Memasuki tahun 2016, saya praktis gak pernah race lagi, mengingat race mahal dan saya lagi persiapan nikah, jadi saya berhenti race namun tetap berlari reguler di kompleks. Di tahun 2016, beberapa teman lari mengajak saya untuk mulai mencoba olahraga lain yakni berenang, teman-teman ini tidak hanya member di Cibubur Runners (Burners) namun juga tergabung di Cibubur Triathlon (C-Tri). Untungnya, kompleks saya memiliki Sport Club dengan kolam renang berukuran kolam olimpiade (panjang lintasan 50 meter). Di sport club inilah teman teman C-Tri berlatih berenang. Saya yang awalnya ke kolam renang hanya untuk mempraktekkan gaya dada dan gaya bebas abal-abal hasil nguping di kolam Pondok Indah, akhirnya mulai mendapat masukan dari teman-teman C-Tri. Masukan-masukan dari mereka umumnya teknik pernapasan dan pergerakan tangan saat stroke. Dampaknya, gaya bebas saya jadi sedikit lebih bagus, tidur saya makin nyenyak, dan tentu saja porsi makan saya makin besar. (Jadi gak usah nanya lagi: Si Cipu rajin olahraga kok ga ada perubahan yah?)
Dari awalnya amprokan di kolam renang, saya jadi kenal dengan beberapa teman teman C-Tri. Hasil ngobrol-ngobrol sama mereka, saya mengenal jenis latihan yang umum di kalangan para triathlete, seperti namanya aquathlon (latihan renang yang disambung dengan lari) dan brick (latihan sepeda yang disambung dengan lari). Dalam sebuah kesempatan, saya bersama pak Edison (teman C-Tri) malah sempat aquathlon bersama dengan Richard Sambera (perenang Indonesia yang berulang kali mengharumkan nama Indonesia di ajang Sea Games, Asian Games, bahkan ikut 3 kali olimpiade). Saya yang saat itu baru pertama kali aquathlon jadi banyak belajar, gaya bebas saya dibenerin sedikit-sedikit oleh Pak Richard saat itu. Mengejar beliau dan pak Edison saat berlari adalah kemustahilan (mereka pace 5 dan stabil sedangkan saya di atas pace 6.30 dan tentunya sambil ngos-ngosan). Bayangin aja abis renang, lalu pasang sepatu dan langsung lari, gempor nya udah terbayang kan?. Ini larinya pake ngejar triathlete pulak, siapa yang nggak ngos-ngosan. Sempat startstruck juga awalnya bisa olahraga bareng sama pak Richard, soalnya dari kecil kan saya kerap mendengar nama Richard Sambera di ajang ajang bergengsi Sea Games dan Asian Games, bersama dengan atlet renang lainnya seperti Wisnu Wardhana, Felix C Sutanto, Elvira Rosa Nasution dan keluarga Nasution lainnya.
Aquathlon pertama bareng mentor saya Pak Edison dan Pak Richard |
Menjelang Bali Triathlon tanggal 14 Agustus, beberapa teman-teman C-Tri merasa perlu untuk meningkatkan performa. Latihan bersama pun dilakukan, baik aquathlon, brick, lari, renang dan sepeda. Teman-teman yang akan ikut Bali Triathlon menginformasikan bahwa Pak Richard Sambera siap untuk memberikan empat sesi renang gaya bebas ke teman-teman C-Tri. Saya yang sadar akan kemampuan gaya bebas saya yang cuma secuil tentu saja langsung daftar. Jadwal disepakati hari Sabtu di Sport Club.
Hari Sabtu pagi saya yang biasanya diisi dengan istirahat (baca: tidur sampai siang) akhirnya bertransformasi menjadi "Sabtu Pagi Bersama Pak Richard". Pukul 06 pagi, kami sudah di kolam seolah olah kami ini adalah Kuncen kolam renang Sport Club. Dari pak Richard, saya dan teman-teman C-Tri beroleh banyak hal baru, mulai dari pemanasan, teknik menendang, latihan stroke, cara bernapas, interval dan sprint. Latihannya pun gak main-main dan intensitas latihan semakin tinggi di setiap pertemuan. Meski memang badan serasa porak poranda sehabis latihan, tapi saya merasa gaya bebas saya semakin efektif dan sudah bisa menempuh jarak semakin jauh.
Sejak latihan hari pertama, Pak Richard sudah mengamati lemahnya fungsi kaki kami saat gaya bebas. Jadilah latihan menendang dijadikan sangat intensif. Kami malah diminta membawa kickboard untuk mempermudah latihan menendangnya. Ternyata pemirsah, latihan nendang itu ga gampang. Kelihatannya saja kayak latihan anak-anak pegang papan terus kaki terus nendang di permukaan. Percayalah capeknya saat selesai satu lap (50 meter) itu sama dengan abis nyapu, ngepel, cuci piring dan cuci pakaian ga pake mesin. Coba bayangkan saat kami diminta melakukan 6 x 50 meter dengan interval 1 menit antar lap.
Ready to rock the pool |
Yang membuat latihan ini seru bukan saja dari pak Richard Sambera yang memang piawai membimbing murid-muridnya, akan tetapi candaan-candaan kompetitif teman-teman C-Tri di kolam. Sesi interval yang harusnya berenang santai, malah dijadikan adu balap buat sampai di ujung. Begini nih kalau berenangnya sama para triathlete, pasti terdorong untuk cepat. Saya yang sempat terbawa adrenalin untuk kencang, akhirnya harus berenang dengan gaya bebas ala Zombie di akhir akhir sesi (baca: teknik kocar kacir karena kelelahan). Meski saya belum tahu kapan akan ikut triathlon, saya tetap senang bisa mengikuti sesi Sabtu ini, sangat terasa bahwa gaya bebas kami makin efektif. Good job, coach.
Ternyata selain itu, berenang juga bermanfaat terhadap performa lari. Dari beberapa artikel yang saya baca, berenang dapat meningkatkan endurance (daya tahan) saat lari, membantu mengatur pace lari, meningkatkan fleksibitas yang dapat mengurangi risiko cedera, serta dapat mempercepat penyembuhan saat cedera. Nah buat teman-teman pelari yang malas untuk latihan cross-training, berenang bisa jadi pilihan.
Swimming is the worst part of triathlon
If you stop running, you walk
If you stop pedalling, you coast
But if you stop swimming, you drown
(Anonymous)
Beri Komentar Tutup comment