Menghabiskan slot gacor waktu hampir seminggu di kawasan Ortigas Center Manila, membuat saya jadi kerap memperhatikan kebiasaan-kebiasaan kaum pekerja kantoran di daerah ini. Daerah Ortigas memang merupakan kawasan bisnis di Manila, yang terletak di kawasan segitiga Mandaluyong, Pasig dan Quezon di Manila. Ortigas adalah kawasan bisnis terpenting kedua setelah Kawasan CBD Makati. Di pagi hari, para pekerja kantoran berduyun-duyun ke daerah ini, bekerja di gedung-gedung tinggi yang memang jamak di kawasan ini.
![]() |
Di tengah belantara beton |
Meski tergolong sebagai country with flower alias negara berkembang, pengamatan saya terhadap orang-orang yang lewat di kawasan pusat bisnis ini memberikan kesan bahwa penduduk kota Manila ini tertib. Meski sampel yang saya amati mungkin kurang valid secara statistik, perilaku orang-orang sekitar saya memang memberikan kesan yang baik tentang penduduk Manila.
Empat kebiasaan yang saya maksud antara lain:
Tertib Antri
Yang saya perhatikan, orang-orang di Manila itu slot gacor antrinya sangat tertib, sepanjang apapun antriannya. Mungkin sama seperti antri masuk halte busway di Jakarta. Namun, yang membuat saya terkesan adalah antrinya orang Manila ini dilakukan di beberapa tempat yang mungkin kita kita di Indonesia belum terbiasa untuk antri. Saya melihat warga Manila antri untuk naik bus, bahkan di suatu malam (Jumat malam) saat saya ingin mencoba naik metro (semacam kereta dalam kotanya Manil), antri penumpang kereta mengular sepanjang 2 km. Tak ada yang menyelak antrian ataupun misuh-misuh karena harus mengantri. Sedikit berbeda dengan praktek naik bus/omprengan yang kerap kita praktikkan: rebutan naik bus.
![]() |
Antri masuk mall |
![]() |
Antri menunggu bus dan antri naik bus |
![]() |
Antri menuju lift |
Satu lagi yang bikin terkesan adalah antri masuk lift. Selama bekerja di beberapa gedung di pusat kota Jakarta, saya jarang menyaksikan pemandangan penghuni gedung berbaris antri menuju pintu lift. Alih alih, yang biasa kita lakukan adalah berkerumun di depan pintu lift. Di hotel tempat saya menginap, yang kebetulan juga memiliki beberapa lantai perkantoran, orang-orang berbaris rapi dari luar gedung hingga ke pintu lift untuk secara berurutan masuk ke lift.
No Plastic Bag
UNEP merilis sebuah laporan yang menempatkan Filipina ke dalam 5 besar penghasil sampah plastik di dunia, menyusul China dan tiga negara tetangganya yaitu Indonesia, Thailand dan Vietnam. Upaya untuk mengurangi sampah plastik pun mulai digalakkan di Filipina. Beberapa kawasan di Manila mulai menjadi pioneer untuk mengurangi sampah plastik, dengan melarang penggunaan kresek (kantong plastik) di tempat-tempat perbelanjaan. Saat berbelanja di Mini Stop, salah satu waralaba convenient store di Manila, para pengunjung sudah membawa tas belanja masing-masing. Saya yang abis jogging kebetulan mampir di Mini Stop untuk membeli minuman, roti dan beberapa perlengkapan mandi. Karena lupa membawa tas belanja sendiri, saya akhirnya dapat tas kertas untuk wadah belanjaan saya. Inipun sebenarnya masih nyampah, meski kertas lebih bisa terurai. Upaya mengurangi plastik ini juga mulai diikuti di berbagai tempat di luar Manila, termasuk di Palawan dan Cebu.
![]() |
Say no to plastic bag |
Di Indonesia pun, upaya-upaya mengurangi penggunaan kantong kresek mulai dilakukan. Tak seperti di Filipina, dimana ibukota (Manila) yang menjadi contoh daerah-daerah luar ibukota. Di Indonesia, 17 daerah pelopor pelarangan kantong kresek malah daerah-daerah penyangga ibukota dan kota kota lain di Indonesia. Jakarta malah baru akan mulai memberlakukan aturan ini rencananya pada Juli 2020. Better late than never lah
Pembatasan Merokok
Meski merokok memang masih diperbolehkan di Filipina, namun keleluasaan untuk merokok mungkin tak seperti di Indonesia. Sejak tahun 2017, Filipina memberlakukan larangan merokok di tempat-tempat umum, termasuk di gedung pemerintah, sekolah, gedung perkantoran, tempat peribadatan, sarana olahraga, rumah sakit, pusat hiburan, pasar dan mall, bahkan di ruang ruang terbuka yang menjadi tempat berkumpul orang banyak, termasuk taman dan pasar terbuka. Para perokok hanya diperbolehkan untuk merokok di Designated Smoking Area (DSA atau Kawasan Khusus untuk Merokok) yang disediakan oleh gedung, atau di udara terbuka yang jaraknya sekurang-kurangnya 10 meter dari gedung. Ketat kan?
![]() |
Jemaah ngudut-iyah di bawah pohon, takut merokok dekat dekat gedung |
Tak hanya itu, penjualan produk tembakau juga haram hukumnya bagi anak-anak dibawah umur. Toko-toko yang ketahuan melanggar bisa mendapatkan denda, bahkan bisa berujung pada pencabutan izin usaha jika terbukti telah melakukan pelanggaran berkali-kali.
Saat saya menyusuri koridor Ortigas, saya berpapasan dengan beberapa pekerja yang berteduh di bawah pohon sambil ngobrol dan mengisap rokok. Lokasi mereka merokok letaknya di seberang gedung kantor mereka. Inilah contoh warga negara yang taat aturan (karena takut didenda). See, fine mechanism rocks...
Manbrella (Man under umbrella)
Satu hal lagi yang saya perhatikan adalah pria berpayung di siang hari. Mungkin pemandangan ini tak begitu banyak kita jumpai di negara kita, dimana para pria keluar di siang hari sambil membawa payung. Di Manila, apalagi pas jam makan siang, tak sedikit pria yang keluar sembari membawa payung, di bawah terik matahari Manila yang memang menyengat. Sepertinya, payung adalah item barang yang wajib ada dalam tas untuk banyak di sana, terlepas dari gendernya. Ini cuma hipotesa saya ya, mungkin di sana orang orang lebih sadar akan bahaya sinar UV, makanya banyak yang membawa payung kemana-mana.
![]() |
Manbrella... |
![]() |
Using umbrella in daytime does not make you less manly, Man |
Nah inilah beberapa kebiasaan-kebiasaan warga Manila yang sempat saya amati saat berkunjung ke sana. Di daerah kalian, apakah kebiasaan-kebiasaan ini juga diterapkan? Atau ada kebiasaan unik yang mau diceritakan?
Beri Komentar Tutup comment