Kejar Daku, Kita Berswafoto





Suhu di penghujung Agustus di Fremantle Perth sudah semakin hangat, meski memang belum merelakan kami untuk melepas lapisan jaket dari badan. Sabtu pagi ini, saya dan beberapa teman yang sedang ikut short course Australian Awards Indonesia memang berencana untuk ke Rottnest Island, sebuah pulau yang terletak di sebelah timur kota Perth, Australia. Dua minggu berkutat dengan kelas dan jadwal yang padat sudah cukup menjadi justifikasi kami untuk sedikit melepas penat dengan mengambil trip sehari ke Pulau Rottnest. 







Chill morning and ready for Rottnest



Pulau Rottnest adalah sebuah pulau kecil di sebelah barat kota Perth, yang merupakan salah satu ikon wisata di Australia Barat. Untuk mencapai Pulau Rottnest, para pengunjung harus menggunakan jasa kapal laut yang disediakan. Ada beberapa tempat pemberangkatan kapal menuju Rottnest dari kota Perth. Berhubung saya dan teman-teman tinggalnya di daerah Fremantle, maka kami memilih pemberangkatan dari Fremantle, yang pelabuhannya hanya berjarak beberapa ratus meter dari hotel tempat kami menginap. Biaya standar perjalanan via kapal ke Pulau Rottnest  adalah sekitar 65 dollar PP (untuk student) dan sedikit lebih mahal untuk wisatawan biasa. Saya dan teman-teman memilih pemberangkatan pukul 07:30 dan kepulangan pukul 14:30. Dengan asumsi perjalanan sekitar 45 menit untuk setiap leg, maka kami punya waktu sekitar 5 jam lebih untuk mengeksplorasi Pulau Rottnest.



Sisa hujan semalam masih menyisakan dampaknya di perairan. Perjalanan kami via ferry ke Rottnest terasa sangat berombak, terbukti dengan beberapa teman seperjalanan yang mulai mengeluarkan jurus anti-mabuk ala Indonesia: antimo atau tolak angin. Perjalanan sekitar 40 menit itu terasa sangat panjang dan sempat membuat saya berpikir: apa saya pilih hari yah berangkatnya. Mabuk laut yang kami rasakan pelan-pelan sirna ketika kami tiba di Pulau Rottnest yang langsung menyambut kami dengan pesona pemandangannya. Mabuk laut yang terasa mulai tergantikan dengan hasrat narsisme kami yang membuncah karena ingin buru-buru mengabadikan momen. Saat turis-turis lain langsung memulai perjalanan, saya dan teman teman malah asyik berpose di dermaga.






Welcome to Rottnest slash Wadjemup 



Tak jauh dari dermaga, adalah deretan rumah makan, cafe dan convenient store, yang menjadi tujuan pertama kami. Loh kok tujuan pertama langsung ke rumah makan? Tujuan utamanya bukan untuk mengisi perut loh, tapi untuk bertatap muka dan berswafoto bersama Quokka. Quokka, makanan apa pula itu? Quokka adalah salah satu jenis hewan marsupial (berkantung) berukuran sama dengan tikus besar, sehingga quokka kerap disangka sebagai tikus. Padahal sebenarnya, quokka ini hubungan kekerabatannya lebih dekat dengan kangguru, walabi dan koala. Bahkan penamaan pulau ini, Rottnest, awalnya karena tempat ini dianggap sebagai sarang tikus (Rat nest), sehingga dinamakan Rottnest. Dibalik menggemaskannya para quokka, dalam sejarah, Pulau Rottnest ini ternyata memiliki kisah kelam di masa lalu. Pulau Rottnest selama lebih dari satu abad merupakan tempat pembuangan orang Aborigin, dan selanjutnya menjadi tempat mempekerjakan orang Aborigin untuk membangun infrastruktur di pulau ini.






Selebritas + quokka = iklan pariwisata maha dahsyat

(Sumber: Roger Federer, Chris Hemsworth, Rafael Nadal, Margot Robbie



Apa sih yang menarik dari quokka, kok sepertinya spesial banget ya. Sampai-sampai Roger Federer, Rafel Nadal, Chris Hemsworth dan Margot Robbie bela-belain ke Rottnest untuk berswafoto bersama quokka. Yang unik dari quokka adalah wajahnya yang selalu otomatis senyum, sehingga memang sangat selfie-worthy (sangat cocok untuk swafoto). Cuma, memang untuk bisa berfoto selfie dengan quokka, tidak selalu mudah. Tak semua teman-teman bisa berfoto dengan quokka dengan mudah, karena memang quokka nya bebas berkeliaran di halaman dan para pengunjung yang mau ber-swafoto harus merunduk/jongkok/tiarap/telentang untuk bisa mendapatkan swafoto bersama quokka.  Belum lagi peringatan dari para pemandu lokal agar wisatawan tidak menyentuh quokka, karena bisa saja quokka memiliki kuman/bakteri yang bisa membahayakan kesehatan.




Squat till you make it 







Berbagai upaya untuk membujuk quokka pun saya kerahkan bersama teman-teman, agar quokka nya mau berdiam sejenak dan membiarkan kami mengabadikan senyum abadinya. Ada yang ngajak quokka nya ngobrol dulu (pake bahasa Indonesia, sementara quokka nya ngertinya bahasa Inggris aksen Australia). Ada yang sudah coba plank dekat quokka sambil berusaha swafoto. Ada yang jongkok dan merangkak sambil mengejar quokka yang terus bergerak. Kalau saya? Entah kenapa saya diberi kemudahan untuk berfoto bersama quokka. Sehingga, saya punya banyak hasil swafoto bersama quokka dengan kualitas yang memuaskan. Keberhasilan saya tentu tak lepas dari komen negatif teman teman yang menganggap bahwa quokka nya mau berfoto sama saya karena saya tadi pagi belum mandi. Tadinya saya mau protes, tapi dipikir-pikir benar juga, saya memang belum mandi tadi pagi.




4 out of tens successfull selfie with quokka





Setelah puas mengejar dan berfoto bersama quokka, kami mulai menjelajahi Pulau Rottnest. Pengelolaan pariwisata di Pulau Rottnest memang sangat profesional. Di dekat dermaga dan restoran, sudah tersedia halte bus yang beroperasi setiap 15 menit. Pengunjung pun punya pilihan untuk mengelilingi Pulau Rottnest, mau berjalan kaki (mungkin seharian), bersepeda (ada penyewaan sepeda) dan naik bus. Mengingat waktu kami yang terbatas di Pulau Rottnest, kami memutuskan untuk naik bus dengan harga sekitar 10 AUD (tarif siswa). Untuk mengelilingi Rottnest naik bus, terdapat 19 pemberhentian dan di tiap pemberhentian ada objek wisata dan relawan pemandu yang siap menjelaskan objek wisata tadi. Jadi kita bisa memilih pemberhentian yang kita inginkan. Para pengunjung juga tak perlu khawatir ketinggalan bus di setiap pemberhentian karena busnya memang akan selalu lewat setiap 15 menit.



Karena tak memiliki cukup waktu untuk berhenti di 19 spot ini, kami hanya memilih beberapa tempat secara random. Kadang malah ikut arus wisatawan saja, kalau wisatawan banyak yang turun dari bus, kami juga ikut turun. Mengelilingi pulau Rottnest via bus memang bikin rileks. Mata dimanjakan dengan pantai-pantai cantik, serta di beberapa spot seperti Wadjemup Lighthouse, kami bisa melihat pemandangan Rottnest dan sakitar. Setiap pemberhentian yang kami datangi, fasilitas seperti walking track maupun pembatas keamanan tersedia dan terawat dengan baik. Sehingga, para pengunjung tak hanya merasa nyaman, namun juga merasa aman saat menjelajahi pulau ini.




View from the bus




Scenic view from Parker Point






 Jalan-jalan view pantai, plus cuaca yang sejuk 







 Jemaah lighthouse 










 Plang petunjuk yang tersedia di setiap sudut Rottnest











Tur via bus kami berakhir jam 1 siang saat bus mengantar kami kembali ke Geordie Bay. Kami menikmati makan siang kami sambil bercanda di salah satu restoran waralaba di sana. Gelak tawa kami memenuhi tempat itu, sampai-sampai saat salah satu waitress restoran melewati kami menghampiri sambil berkata "You guys must have been the happiest people in the world". Kami cuma balas dengan lanjut ngakak.




Geordie Bay 





Menjelang pukul 14:30 kami sudah di atas ferry yang siap membawa kami ke Fremantle, Perth. Syukurnya, laut lebih tenang saat ferry membawa kami pulang dengan senyum puas sesumringah para quokka di Rottnest Island. Bagi yang akan berkunjung ke Perth, jangan lupa main ke Rottnest, dijamin puas main ke sana (kalau tidak hujan).     










Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.