Cooking ala chef Cipu

Beberapa hari tiba di Melbourne, saya dan beberapa teman yang baru sampai harus benar-benar beradaptasi dengan cuaca. Melbourne is indeed chilling now. Terasa benar betapa bergunanya jaket tebal yang saya beli di ITC Cempaka Mas dan Long John yang saya beli di Pasar Pagi Mangga Dua



Selain cuaca, sebenarnya ada hal lain yang menjadi tantangan tersendiri untuk saya,yaitu......... memasak. Teman-teman yang pernah jalan dengan saya, pasti tahu bahwa meskipun diet, makanan saya tetap porsi jumbo. Wakakakak. Saya baru sadar kalo makanan disini mahal-mahal (apalagi kalo harganya dikonversi ke Rupiah). Bayangkan aja, satu kebab disini harganya sekitar 8-10 dollar Australia yang artinya sama dengan 65 ribu - 80 ribu rupiah, gila kan.... tapi memang sih porsinya jumbo.

Ini flat tempat tinggal saya... flat saya pintu ketiga dari kanan lantai dasar


Menyadari betapa mahalnya makanan di luar sana, saya dan teman sekamar saya (Susanto) memutuskan untuk mencoba memasak. Yeah...... (finger crossed). Tapi jangan berprasangka baik dulu..... Saya dan Susanto ternyata gak bisa memasak. Tapi itu tak menjadi halangan, berbekal duit di tangan, kami berbelanja beberapa makanan cepat saji, termasuk fish cake, nasi goreng instan dll dsb. Untungnya pula, di dekat tempat saya ada toko khusus yang menjual bumbu bumbu Indonesia plus Indomie rasa macam macam (yaiiiiiiiiiyyyy, saya berhasil mendapatkan Indomie Coto Makassar disini). 


Malam pertama kami memasak, menunya sangat standar. Telur dadar plus fish cake yang dimakan kering dengan nasi..... Gak ada kuah sama sekali. Untungnya ada sambel Nyonya Lili dan Soy Sauce yang lumayan bisa menambah selera makan. 
Menu pertama: Smilng Ommelette with Fish Cake Eyes
Malam selanjutnya, berbekal pelajaran memasak selama 1 jam dari Olivia (temen kantor yang sekarang menetap di Melbourne), Saya mulai memberanikan diri mencoba memasak sup supan. Dan melalui kombinasi ngawur pengetahuan memasak kami yang minim, Saya dan Susanto dengan bangga mempersembahkan:

Inilah dia... Bakso kuah Orange ala Chef Cipu dan Chef Susanto


Saya sendiri tak begitu yakin dengan rasanya. Tapi ternyata tidak mengecewakan, saya makan lahap malam itu. Saya akhirnya  belajar, bahwa saat kepepet ternyata manusia dirangsang untuk berkreasi (Tssssaaaah). Mungkin inilah konsep yang dicetuskan oleh Yohannes Surya, Mestakung (Sotoy Mode: ON).



Nah sebelum menutup postingan ini saya ingin mengucapkan terima kasih pada:





O L I V I A 


atas semua usahanya untuk membangkitkan semangat memasak yang tertanam dalam diri saya, hehehe. FYI, Sambel bikinan Olivia enak banget, apalagi beef teriyaki nya mmmmm slllrrrppp yummy yummy. Thanks juga yah Liv atas sedekah bumbu bumbu masaknya.



Ucapan terima kasih selanjutnya adalah kepada



You really make my meals delicious when I am away from home :)
Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.