Si Toby pengen lihat orang Shalat.
Untungnya kampus ku punya fasilitas musholla, satunya terletak di seberang kampus dan yang satunya lagi di dalam perpustakaan. Saya lebih sering menggunakan musholla yang di perpustakaan karena kegiatan sehari-hari saya yah facebookan di perpus (Jyaaah ketahuan). Waktu itu, saya selesai mengambil wudhu dan siap siap masuk musholla saat mas Decky (salah seorang rekan dari Indonesia) menghampiri saya ditemani seorang bule. Mas Decky ngajak berjamaah dan katanya temen bule nya yang bernama Toby pengen lihat orang sholat. Saya sih ayo saja, orang cuman mau lihat saja kan? Akhirnya, saya dan mas Decky mulai berjamaah dengan khusyu dan khidmat dan si Toby memperhatikan kami dengan seksama
Sehabis sholat, Toby banyak bertanya tentanggerakan-gerakan sholat. Pertanyaan selanjutnya tentang apa gunanya wudhu, apakah wanita bisa memimpin pria dalam sholat. Saya cuman bisa melongo saja mendengar pertanyaan nya. Untungnya ada mas Decky yang bisa mewakili memberikan jawaban, kalau nggak saya pasti sudah ngasih jawaban yang ngawur. Saya jadi sadar diri bahwa pengetahuan agama saya mungkin memang masih sangat dangkal, pertanyaan-pertanyaan dasar dari Toby saja kurang mampu saya jawab. *sigh* --> Buru-buru baca buku Fiqih.
salah satu sudut University of Melbourne |
Xin terkagum-kagum padaku
Kalau mau sholat di perpustakaan, biasanya saya harus ngambil wudhu satu lantai di atas ruang sholat tepatnya di westafel toilet pria. Berhubung memang tidak ada tempat khusus wudhu, westafel lah yang menjadi tempat pelampiasan hasrat pengen wudhu. Dan tahu sendiri kan kalo pake westafel, saya harus angkat kaki tinggi-tinggi saat akan mencuci kaki. Kadang, saya harus jeda sejenak menunggu toilet sepi untuk mengangkat dan mencuci kaki di westafel. Karena sering saya mendapat tatapan seribu jarum dari bule-bule saat mereka memergoki saya mencuci kaki di westafel (doh).
Nah kebetulan waktu itu suasana toilet lagi sepi saat saya wudhu. Saya langsung ngangkat kaki ke westafel dan saat kaki sedang di westafel, seorang teman kampus bernama Xin masuk ke toilet. Dia ngeliatin saya aneh. Saya yang jengah ditatap dengan tatapan seribu tusuk kondenya Xin langsung komen duluan:
Saya: I am taking my holy water, an obligation prior to my prayer (Saya lagi wudhu, kewajiban sebelum sholat)
Xin : Oh you are a muslim. How many times you have to pray in a day (Oh kamu muslim, berapa kali kamu sholat dalam sehari)?
Saya : Mmmm 5 times..... (5 kali)
Xin : What? Wow.... you must be very disciplint..... (Apa.... Wow kamu pasti sangat disiplin)
Xin nampak terkejut. Entahlah dibuat buat kali.
Selesai wudhu, Xin mengikuti saya dan kami melanjutkan percakapan.
Xin : I heard you are also fasting during ramadhan (Dengar-dengar kamu juga puasa yah selama ramadhan).
Saya : Yup, we do fasting for 30 days in Ramadhan (Yah, kami berpuasa selama 30 hari di bulan Ramdhan).
Xin : What? 30 days? (Apa? 30 hari?)
Xin menatap tak percaya.
Xin : but luckily you still can drink when you are fasting, you are just not allowed to eat (untungnya kamu boleh minum selama berpuasa, kamu kan cuman dilarang makan)
Saya : Nope, we are not allowed to drink as well....... (Tidak, kami tidak boleh minum juga selama berpuasa)
Xin : What? No food?? No drink?? 30 days??? Wow you rock..... (Apa?? Nggak Makan?? Nggak Minum?? 30 hari?/ Wah kamu hebat).
Xin nampak mulai kagum. Tatapan seribu jarum nya sudah berubah menjadi tatapan terpesona
Xin : Wow..... I can not do that... when was your first time fasting? (Wow saya gak bisa seperti itu.... kapan pertama kali kamu puasa?)
Saya : When I was 6 yo (Waktu umur 6 tahun).
Xin : WHAAAAAAATTT (terbelalak dan menganga)
Saya akhirnya meninggalkan Xin yang masih menganga. Pengen ketawa rasanya kalo membayangkan muka Xin waktu itu. Sepertinya dia kudu diajak ke Indonesia deh pas Ramadhan biar bisa lihat anak-anak kecil yang pada puasa. Xin pikir itu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Tapi bagi kita yang sudah terbiasa, puasa tidaklah sesulit yang Xin pikirkan.
Lesson learned: Masih banyak yang perlu kita pelajari tentang Fiqih Islam dan alasan-alasan dibaliknya, karena banyak pertanyaan mendasar tentang mengapa sholat, mengapa puasa, mengapa zakat yang terkadang tidak bisa terjawab saat orang-orang awam menanyakan pertanyaan ini. Jawaban yang kita berikan pun belum tentu bisa langsung diterima oleh nalar mereka. Mungkin ada yang punya pengalaman yang sama?
Beri Komentar Tutup comment