Lijiang - Kota Tua yang Bersahaja







Badan saya dan istri sudah terasa sangat pegal saat kereta yang kami tumpangi akhirnya tiba di Lijiang Railway Station. Meski kami menikmati pemandangan dari dalam kereta selama 10 jam perjalanan, kondisi kereta kelas ekonomi yang kami tumpangi memang tak memberi ruang gerak yang banyak buat kami. Bayangkan saja, enam orang ditempatkan di kabin dan harus duduk berhadap-hadapan selama 10 jam, tanpa sandaran yang memadai dan tatapan aneh orang sekabin ke kami. Mereka nampaknya agak asing dengan keberadaan orang berkulit cokelat, ditambah istri saya yang berhijab. Sempat sih ada beberapa upaya komunikasi dari teman-teman sekabin, tapi karena "me no speak Mandarin" dan mereka "no speak Bugis" jadilah kita cuma saling melempar senyum saat beradu pandang.










Suasana kelas ekonomi dalam kereta menuju Lijiang






China adalah destinasi kedua kami setelah Vietnam. Pertanyaannya adalah Kenapa ke China bagian Selatan dan kenapa ke Lijiang? Kami berdua memang dari jaman pacaran suka dengan beberapa adegan film yang ternyata scene nya diambil di China bagian Selatan. Setelah mengamati penorama daerah di China Selatan via browsing, kami memutuskan untuk berkunjung ke Lijiang . Kami berdua langsung jatuh cinta pada panorama yang ditawarkan oleh China Selatan, padahal liatnya baru via website.







Pemandangan dari kereta





Long story short, kami tiba di Stasiun kereta api Lijiang menjelang pukul 7 malam. Kami memilih menggunakan taksi agar bisa segera tiba di penginapan yang telah kami booking, badan kami sudah serasa remuk duduk 10 jam, terlebih batin kami yang lelah tak mampu berkomunikasi dengan penumpang sekabin. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk tiba di penginapan kami, yang lokasinya terletak di kawasan Lijiang Old Town. Memasuki kawasan Lijiang Old Town, saya dan istri tiba-tiba merasa terlempar ke masa lalu dengan pemandangan di sekitar kami. Di sepanjang jalan berjejer toko-toko dan penginapan dengan arsitektur bangunan China tempo dulu (ya iyalah namanya aja Old Town). Saat tiba di penginapan yang kami telah booking, saya malah merasa lagi di lokasi shooting white snake legend, berasa jadi Xu Xian dan Pai Su Chen yang lagi bulan madu. Berhubung pengelola penginapannya gak bisa bahasa Inggris (kecuali "Thank You") dan saya juga belum lulus Iqro' 1 Bahasa Mandarin, komunikasi kami terpaksa lebih banyak dengan bahasa isyarat. Untungnya, kami sangat senang dengan kamar nuansa klasik yang kami dapatkan, serasa kembali ke rumah zaman Dinasti Han.






Lijiang Old Town




Tadinya kami berencana mau langsung istirahat saat tiba di penginapan, tapi rasa lelah itu hilang saat kami melihat lokasi strategis penginapan kami yang terletak di Lijiang Old Town. Kami cuma menghabiskan waktu 30 menit untuk unpacking dan sholat di kamar sekaligus mengagumi nuansa klasik China penginapan yang kami dapat (dengan harga yang terjangkau tentunya). Bagaimana tak merasa terlempar ke masa lampau, bangunan dasar MyHome Inn tempat kami menginap didesain bak rumah China tempo dulu, rumah bertingkat berbentuk huruf "O" dengan penempatan taman dan kolam kecil dalam ruangan. 










Serasa lagi main di Serial Legenda Ular Putih






Kamar kami tepat di depan kolam






Malam itu, kami langsung menyusuri Lijiang Old Town yang bermandi cahaya. Lijiang Old Town adalah salah satu UNESCO World Heritage Site yang telah berdiri lebih dari 1000 tahun lalu. Kota indah ini merupakan gabungan antara jalur sungai, jembatan, dan tempat perniagaan yang ditata dengan apik. Originalitas arsitektur Lijiang masih terus dipertahankan, pemugaran dilakukan tanpa merubah bentuk asli bangunan dan tata kota tempat ini. Tak heran jika menyusuri kota ini serasa membawa kita setting film-film Mandarin zaman kerajaan.






Menyusuri jalan dan sungai di Lijiang Old Town





Jalan-jalan di Lijiang Old Town cukup padat malam itu, saya dan istri tak henti-hentinya berdecak kagum dengan pemandangan yang ditawarkan kota tua ini. Di kiri kanan kami berjajar beragam toko modern berbalut arsitektur China klasik menawarkan berbagai produk, mulai dari makanan, tekstil hingga barang-barang seni. Begini rupanya strategi pariwisatanya: tetap mempertahankan arsitektur nya dari segi eksterior, namun dari segi interior, bangunan-bangunan dialihfungsikan menjadi toko dan penginapan, sehingga para turis yang berkunjung di sini bisa merasakan suasana Lijiang tempo dulu, namun dengan fasilitas jaman now. Cahaya lampu jalan yang terang dan berwarna-warni berpadu dengan cahaya jejeran toko-toko klasik berpadu dan mengajak para pengunjungnya untuk menikmati suasana malam di tempat ini.







Lijiang Old Town at night





Besok paginya, saya dan istri kembali menjelajahi tempat ini untuk mendapatkan feel nya saat matahari sudah naik. Ternyata, kami banyak menemukan detail detail unik dari tempat ini yang sudah pasti sangat potret-able. Dengan luas 8 hektar ini, Lijiang Old Town boleh dibilang kota yang lengkap, tak hanya karena jejeran toko serta penginapannya, tapi juga aliran air sungainya yang jernih yang juga menjadi sumber air untuk kegiatan sehari-hari masyarakat di kota tua ini. Saya dan istri seharian menjelajah tempat ini, menelusuri tiap-tiap sudutnya, dan kami tak kunjung merasa bosan, bahkan semakin bersemangat untuk melihat lebih banyak tempat-tempat menarik di sini. Kami membiarkan kaki kami membawa kami menelusuri setiap lorong, tanjakan maupun turunan di kota ini. 







Suasana Lijiang di Pagi Hari 






Business-as-usual view in Lijiang





Yang kami amati, Lijiang Old Town nampaknya menjadi atraksi turis lokal, dan tak begitu banyak turis mancanegara yang kami jumpai saat kami menjelajahi tempat ini. Ini sedikit banyak menjadi tantangan bagi kami saat menjelajahi daerah China Selatan karena memang jarang menemukan pedagang lokal yang bisa diajak bercakap dengan bahasa Inggris, apalagi selama perjalanan ini, saya dan istri sengaja tidak mengaktifkan paket demi kenikmatan perjalanan kami. Tantangan bepergian ke negara yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris, bisa dibaca di sini dan di sini



Mufu Palace 




Di dalam kompleks Lijiang Old Town, terdapat sebuah situs yang dijuluki "Forbidden City of the South" atau sering dikenal dengan nama Mufu Palace. Mufu Palace sendiri sebenarnya adalah istana untuk penguasa di Lijiang pada zaman Dinasti Yuan, Ming dan King. Mufu Palace yang berada di Lijiang saat ini adalah bangunan istana hasil rekonstruksi setelah sebelumnya istana ini pernah kebakaran dan terdampak akibat gempa. Mufu Palace terletak di jantung Lijiang Old Town dan untuk masuk ke tempat ini dikenakan biaya sekitar 60 Yuan. 









Mufu Palace a.k.a Fu Mansion






the King was here








Keunikan tempat ini tak hanya karena sejarahnya yang sudah ratusan tahun, namun juga dari arsitektur istananya yang (katanya) menunjukkan corak seni bangsa Naxi (penghuni asli Lijiang). Saat memasuki tempat ini, suasana sakral sangat terasa. Kami melihat-lihat ruangan-ruangan kerajaan zaman dahulu, serta layout ruangan kerajaan dalam Mufu Place. Kami juga dibolehkan untuk melihat ruang tidur raja serta ornamennya yang sangat khas. 





Sebagai orang yang tak terlalu gemar sejarah, daya tarik Mufu Palace bagi saya adalah bangunannya. Bangunan tiga tingkat, dengan atap menukik serta pilar berwarna merah di setiap lantai, membuat Mufu Palace mencolok dari bangunan-bangunan sekitarnya. Sebuah cerminan arsitektur megah dari masa lampau.  



Wangu Eternal Tower 




Di dalam kawasan Lijiang Old Town, terdapat sebuah bikit yang dinamakan Lion Hill. Salah satu landmark Lijiang Old Town yang wajib hukumnya untuk dikunjungi saat mampir ke Lijiang adalah Wangu Tower, yang letak tepat di puncak bukit Lion Hill. Menuju tempat ini pun tak begitu sulit, karena akses pejalan kaki serta penanda jalan dalam Lijiang Old Town sangat banyak dan mudah dipahami. Wangu Eternal Tower merupakan bangunan menara yang seluruhnya terbuat dari kayu dengan tinggi bangunan 33 meter serta memiliki lima lantai. Bangunan merupakan simbol persaudaraan bangsa Naxi (penduduk asli Lijiang), yang ditunjukkan dengan ornamen-ornamen yang ditampilkan dalam bangunan.  








Wangu Eternal Tower







Pemandangan 360 derajat Lijiang dari puncak tower






Ornamen etnik di dalam tower 




Berdiri kokoh di puncak Lion Hill, Wangu Tower merupakan tempat strategis untuk menikmati pemandangan kota Lijiang, termasuk Lijiang Old Town, perumahan penduduk di Lijiang serta aliran sungai yang membelah kota ini. Saya dan istri tentunya banyak mengabadikan momen pemandangan dari puncak tower ini, selfie ga usah ditanya lagi yah, bejibun wakakakak. 








Another temple on our way back from Wangu Eternal Tower






Selain bangunan menara yang megah, Wangu Etenal Tower dikelilingi oleh pepohonan hijau dan bunga-bunga yang berwarna-warni yang tentunya membuat para pengunjung tempat ini enggan untuk beranjak. 



Black Dragon Pool (Jade Spring Park) 




Tak jauh di sebelah utara Lijiang Old Town, terdapat sebuah taman yang tak kalah terkenalnya, namanya Black Dragon Pool. Termasuk dalam taman kolam yang populer di China, pemandangan Black Dragon Pool memang sangat indah. Letaknya di kaki Bukit Elephant (Elephant Hills) didominasi oleh kolam alami yang dikelilingi pepohonan dan kuil indah yang terletak di tengah kolam, serta berlatar pegunungan Jade Dragon Snow yang berlapis salju menjadikan tempat ini sangat indah. Keindahan lokasi, bangunan serta latar belakang alamnya, menjadikan tempat ini memang layak masuk dalam deretan taman kolam terindah di China. Saya yang bermodal iphone jadul saja masih bisa mengabadikan lukisan alam yang mempesona ini dengan baiknya. kebayang betapa terpancarnya keindahan tempat ini jika dipotret menggunakan kamera profesional. 





Black Dragon Pool di pagi hari masih sepi saat saya berkunjung ke tempat ini, untungnya petugas tiket belum muncul dan saya bisa masuk dengan gratis heheh. Tak begitu banyak pengunjung yang menikmati tempat ini, kecuali beberapa penduduk yang ikutan berlari pagi serta melakukan olahraga ringan, senam dan tai chi. Mengitari tempat ini benar-benar memanjakan mata saya dengan panorama tempat ini, sayangnya cuaca yang cukup mendung membuat saya tak bisa melihat puncak salju Jade Dragon Snow sebagai latar belakang indah Black Dragon Pool.




Black dragon pool, sayangnya Jade Dragon Snow Mountain tertutup awan 











What a view





Menjelang agak siang, semakin banyak pengunjung yang berkunjung ke tempat ini. Jalan-jalan di sekeliling kolam juga menjadi semakin ramai. Beberapa spot yang menampilkan keindahan black dragon pool dengan latar Jade Dragon Snow Mountain mulai ramai dikunjungi para pelancong untuk keperluan foto-foto. Untungnya, saya dan istri lebih pagi datangnya, jadi tidak perlu rebutan spot foto. 



Mendaki Elephant Hill 




Berhubung istri sering masuk hutan karena kerjaannya, kunjungan kami ke Lijiang pun ternyata ada agenda hikingnya. Tapi tak perlu khawatir, hiking kali ini lebih fun kok ga harus sampai drama macam di film-film. Pendakian singkat kami dimulai dari saat kami ngaso di siang hari dalam Black Dragon Pool. Di salah satu sudut tempat ini, terdapat penanda untuk pendakian ke puncak Elephant Hill. Istri saya langsung mengajak saya hiking, saya mah ayo saja.








the view






Stairways to heaven 






Ternyata mendaki Elephant Hill sangat menyenangkan. Meski jalurnya menanjak, selama menanjak, jalur yang kami lalui sangat ramah buat para pendaki. Kita cukup mengikuti jalur berundak dan patuh pada jalur demi keselamatan. Selama pendakian, kami menemui beberapa pos penjagaan untuk kepentingan keselamatan pengunjung. Tak hanya itu, jalur pendakian dilengkapi dengan sejumlah marka dan peta untuk memudahkan para pendaki menuju puncak. 







Pemandangan Lembah Lijiang





Setelah lebih sejam, saya dan istri tiba di puncak Elephant Hill, kami menyempatkan duduk di sebuah kuil yang dibangun di puncak Elephant Hill, sembari menikmati semilir angin musim gugur serta pemandangan lembah Lijiang dan Gunung Jade Dragon Snow. Disuguhi pemandangan seindah ini mebuat kami merasa bahwa peluh kami menanjak terasa terbayar. Kami agak lama menikmati pemandangan di penghujung jalur penanjakan kami, sebelum kami memutuskan untuk turun ke Black Dragon Pool 



Bagaimana dengan makanan? 




Sebagai orang muslim, tentunya kami perlu memperhatikan juga makanan yang kami konsumsi selama travelling. Untungnya, daerah China Selatan sepertinya tak begitu sulit untuk mendapatkan restoran halal. Di Lijiang Old Town, saya malah rutin ke beberapa restoran halal yang lokasinya dekat dengan tempat saya menginap. Mungkin saking gembiranya mereka mendapatkan pelanggan berhijab, setiap kali kami makan di restoran mereka, selalu dapat diskon atau diberi porsi tambahan.






Salah satu kedai halal dekat penginapan kami 






That halaal noodle was so yum... 







Local fruit that we don't know the name





Nah, bagi teman-teman yang ingin mencoba jalan-jalan di China, Lijiang bisa menjadi alternatif liburan. Mungkin memang agak perjuangan untuk bisa sampai di Lijiang, tapi suasana serta sejarah yang ditawarkan tempat ini menjadikan Lijiang sangat layak untuk jadi salah satu destinasi wisata kalian selanjutnya (tentunya setelah Covid berakhir). 

Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Beri Komentar Tutup comment

Disqus Comments

Search This Blog

Powered by Blogger.